Kepalsuan (part 4)

Bugh
Pagi itu, tubuh Ilvy tiba-tiba ambruk!. Tersungkur di atas lantai. Segera keluarga Ilvy membawanya ke rumah sakit. Senyum Ilvy yang mencerahkan tidak nampak hari itu. Suara beo juga tidak terdengar, tingkah laku kekanak-kanakan juga tak nampak.
Hanya ada badan yang terkapar di atas tempat tidur berselimutkan kain belang-belang hitam putih beserta alat-alat medis yang terpasang.
Isak tangis tak henti terdengar dari luar ruangan tempat Ilvy berbaring. Orangtuanya begitu mencemaskan keadaan Ilvy yang setiap hari dia harus melewati antara hidup atau mati. 
***
Sibei kembali menemukan alasan dia melanjutkan. Ilvy banyak menyadarkan Sibei arti kehidupan. 'Sedih memang jika ditinggalkan orang tersayang, begitupun kita jika meninggalkan orang yang kita sayang, tapi hidup akan terus berjalan selama bumi masih berputar dengan atau tanpa kita'. Kalimat ini selalu terngiang dalam fikiran Sibei. 
Tanpa kita meminta untuk ditinggalkan ataupun meninggalkan masa itu pasti akan tiba (gumam Sibei). Dia kembali menuju ruangan dengan luas hanya 3x4m. Cahaya akan masuk menyinari menambah kehangatan dalam ruangan ketika siang hari.
Sibei berjalan menuju kotak piano, kembali membuka lembaran note dan mulai memainkan jari jemarinya dengan lihai. 
Hari itu, Sibei mengambil selembar kertas dan menuliskan not demi not hingga membentuk sebuah irama musik yang indah. Dia membuatnya khusus untuk Ilvy. Setelah irama selesai dibuatnya, dia segera ingin menemui Ilvy.
"Vy,,, besok kita ketemu di taman biasa ya" (massage sent)
Sibei menunggu balasan pesan dari Ilvy, namun hingga sore hari balasan itu tak kunjung ada. Sibei tak hentinya menatap layar Handphone hingga dia pun terlelap.
Keesokan harinya
"Hai Bei, sory. Ok kita ketemu hari ini" 
Melihat pesan itu, Sibei langsung bergegas dengan penuh semangat pergi menuju taman tempat dia dan Ilvy sering berjumpa.

Bersambung

0 komentar

Terima kasih sudah membaca postingan ini semoga bermanfaat :)