Wis Udah (Wisuda)

Wisuda, satu kata yang kalau diplesetkan mejadi wis (udah dalam bahasa Cirebon), udah yang berasal dari kata sudah, tapi pelafalan lebih sering diucapka udah, yang berarti selesai. Iya selesai. 
Wisuda tanda seorang sudah menyelesaikan proses belajar ditingkat universitas. Dengan lambang toga yang menempel di kepala.
Magang selesai, skripsi sebagai salah satu syarat lulus dari universitas menanti. Mencari masalah yang harus diselesaikan, padahal hidup sudah dipenuhi dengan masalah *ups curhat. 
Masa-masa skripsi adalah masa paling galau dan sangat dramatis yang harus dilalui. Betapa tidak. Kita seringkali menerima harapan-hrapan palsu, hanya demi mendapatkan sebuah tanda tangan, atau hanya sekedar membicarakan langkah-langkah yang harus dilakukan. Atau justru menanti data-data yang dibutuhkan. Para  dosen yang ditunjuk sebagai pembimbing atau para pejabat instansi mendadak seperti artis Hollywood yang begitu sangat padat jadwalnya. Sangat sulit untuk menemui mereka. 
Bukan saja memberikan harapan-harapan palsu. Tapi, apapun yang kita lakukan sepertinya salah. Menghubungi via telpon dibilang mengganggu, dichating dengan beberapa medsos dibilang kurang sopan, menunggu kedatangan mereka yang tak pasti, dibilang siapa yang nyuruh. Ah sangat dilematis. Kita menjadi manusia yang serba salah saat itu.
Tak jarang, banyak yang berguguran menghadapi dilema-dilema itu. Meski masih ada yang tetap tahan banting!. Demi kejar target. 
Tidak hanya dilema, dalam penyusunan skripsi juga dibubuhi segala kisah dramatis, bak pilem-pilem Korea, atau drama Indonesia yang alaynya gak ketulungan (eh, maaf). Drama itu dimulai ketika seorang mahasiswa masuk kedalam sebuah ruangan, dipersilahkannya duduk kemudian dia menyodorkan setumpuk kertas. Sang dosen mengambil tinta emasnya dan mulai beraksi dengan coretan-coretan indah dikertas yang baru saja di sodorkan kepadanya. Di lembar kertas yang lain tertulis revisi. Keluar dari ruangan dengan muka ditekuk dan suasana mendung. Ini drama yang berakhir dengan sad ending.
Lain hal jika kita masuk, kita memberikan senyum termanis sebelum menyodorkan tumpukan kertas, mencoba rileks lalu dosen hanya menuliskan di kertas selembaran yang lain Acc 1 Siap seminar 1 atau sidang proposal. Muka terpangpang cerah, diikuti gerak badan bak mendengar lagu dangdut. Hingga tangan melambai-lambai. Ini model drama yang happy ending.
Kedua drama tadi, akan selalu terulang dalam proses skripsi, hingga terdapat di sebuah lembar bsrtuliskan ACC sidang!. Apakah selesai sampai sini? Tentu tidak!.
The real drama adalah di ruang sidang. Disaat kita harus menghadapi bombardir pertanyaan para penguji. 1 lawan 5, inginku bilang ini tidak adil. Harusnya biar adil satu lawan satu. Ingat hidup ini ujian. Wajar jika ujian itu datang tidak satu per satu. Layaknya penguji tadi. Kita harus menghadapi 5 orang sekaligus. 
Wisuda, berarti sudah lulus!. Naik level selanjutnya. Wis udah ko, tidak ada lagi harapan-harapan palsu, wis udah, tidak ada lagi dilema-dilema, wis udah, tidak ada lagi drama-drama. Semuanya wis udah. Semuanya selesai. Semuanya berakhir.
Hanya untuk memindahkan sebuah tali toga dari kiri ke kanan, kita membutuhkan waktu bebeberapa tahun. Waktu pemindahannya terjadi hanya sekitar beberapa detik saja. Rasanya kalau dilihat-lihat buat apa? Kita rela capek-capek kesana kemari. Justru disitulah letak perjuangan seorang yang sedang mencari ilmu. Bukan masalah wisuda atau toganya. Tapi, ilmu apa yang sudah didapat. Karena sejatinya, semua yang dialami di atas. Akan lebih nampak real dalam kehidupan bermasyarakat selanjutnya. Ingat sebuah pepatah mengatakan Jika kamu tidak pernah merasakan pedihnya belajar, maka bersiaplah merasakan pahitnya kebodohan.

6 komentar

Terima kasih sudah membaca postingan ini semoga bermanfaat :)