Secercah Asa

Harapan Akan selalu ada, bagi mereka yang mau berusaha mengaharap.
Lagi, sebuah dilema harus dihadapi. Apakah harus bertahan dengan rasa seperti campuran jamu yang diblender menjadi satu, atau kembali marajut rindu dengan keadaan yang ada. 
Kemarin, aku baru saja membaca buku dengan sub bab 'hidup mengalir seperti air? Ke laut aja!'. Dan ingatanku membawa kedalam dimensi ruang beberapa tahun silam. Tepat dimana aku adalah pelaku yang hidup mengalir begitu saja. Besok ya gimana besok! Biarkan saja jalan begitu saja. Tak ada arah, tak ada tujuan, dan tak ada rencana yang matang.
Waktu itu, aku sedang duduk di kelas X (SMA kelas 1). Dan tentang cita-cita, masih tetap blur. Tak ada kejelasan yang pasti. Bahkan, untuk mulai bergaulpun aku ragu. Aku selalu underestimate tentang diriku sendiri. Aku selalu mematahkan segala optimisme yang ada. Bukan tanpa alasan, aku hanya tidak ingin kembali berekspektasi terlalu tinggi.
Meski begitu. Aku bisa melewati hari-hariku dengan baik. Menjadi manusia yang memilki 2 karakter tidak ada salahnya. Di luar, aku bak seekor burung yang bebas mengepakkan sayap dimanapun. Tapi ketika di dalam, aku hanya seperti putri raja yang harus melakukan izin sana sini jika ingin meninggalkan pendopo. 
Beuntungnya lagi. Aku diajarkan ilmu tentang iman. Bagaimana harus menjalani iman yang 6. Guru ngajiku pernah berkata. "Setiap ujian yang diberikan kepada seorang hamba, itu karena Dia percaya bahwa hamba itu mampu untuk melaluinya". Ucapan itu bukan hanya keluar dari mulut guruku ternyata, tapi ustadz-ustadz bahkan teman-teman sekelaspun pernah mengucapkannya. Disaat itu pula, ternyata benar. Aku hanya orang yang kurang bersyukur dalam hidup. 
Aku dipertemukan oleh seorang perempuan, dia adalah tema sekelasku. Awalnya, aku tidak respect pada dia, seringkali datang ke sekolah terlambat dan dengan wajah tanpa dosa. Tapi, dalam beberapa mata pelajaran seperti matematika dia termasuk murid yang cerdas. Mungkin aku ada rasa iri dengan dia, kok bisa murid yang selalu terlambat malah cerdas dipelajaran matematika. Dan pada suatu hari, aku mulai menceritakan kekesalanku terhadap dia ke beberapa teman kelas yang lain. Betapa kagetnya aku dibuatnya. Ternyata telatnya dia bukan tanpa alasan. Dia seorang anak sulung dari keluarga sangat sederhana, dan memiliki beberapa adik (maaf lupa jumlah adiknya). Sebelum berangkat, dia harus membantu orangtuanya mengerjakan beberapa pekerjaan rumah dan mengurusi adiknya. Belum lagi dia harus rela mengayuh sepeda dengan jarak puluha kilo dari rumah ke sekolah. Pantaslah dia sering terlambat dengan muka penuh dengan peluh keringat dan mulut menganga mengatur nafas. Karena saking penasarannya, akupun mulai mencoba mendekatinya dan mengajak dia berbincang-bincang. Dia tidak pernah jajan di sekolah. Ternyata, uangnya dia tabung untuk keperluan membeli buku dan lain-lain. Saat itu juga aku mulai sadar, betapa tidak bersyukurnya saya. Kenapa hidup saya gini-gini aja. Bahkan selalu mengeluh!. Dan lagi, kenapa saya tidak pernah termotivasi untuk mencapai apapun?. Saya masih dengan teguh berpegang pada prinsip air mengalir.
Ketika aku kelas XI ( SMA kelas 2), aku juga bertemu dengan seorang teman yang tidak jauh beda dengan kisah temanku sebelumnya. Dia bahkan menjadi seorang yang nomaden. Rumahnya masih mengontrak sehingga harus pindah kesana kemari. Di kelas XI, ada program untuk study tour. Dalam kegiatan ini, dibagi beberapa kelompok. Dan qadarullah, aku satu kelompok dengan dia. Kita harus membuat karya ilmiah dari hasil study tour itu. Ini kesempatanku lagi untuk mengetahui dunianya lebih dalam. Dan siapa yang menyangka, anak seorang buruh cuci bercita-cita kuliah dan memiliki perencanaan yang jelas. Dan kelompok kami menang menjadi juara 1. Karya ilmiah terbaik. Tentunya ini berkat dia yang selalu semangat belajar. Satu ilmu yang aku ambil dari dia. Sebarkanlah selalu energi positif di sekitarmu! Karena itu, akan berefek juga kepada mereka yang ada di sekitarmu. Kawanku, terimakasih.
Saat itulah, aku mulai menata hidupku, menata diriku, bahwa aku harus mempunyai mimpi. Bangun mimpi itu saat ini juga! Atau, kamu hanya akan menjadi orang yang biasa-biasa saja yang mengalir tanpa arah.

3 komentar

Terima kasih sudah membaca postingan ini semoga bermanfaat :)