Kepalsuan (part 2)

Udara kota nan begitu sejuk disertai sinar mentari yang terik menyinari bumi siap mewarnai hari. Tapi, dalam diri Sibei hanya ada awan gelap yang menyelimuti. Sudah 3 tahun pianonya tersimpan.
Sudut kamar adalah satu-satunya tempat ternyaman. Jari jemarinya kini menjadi kaku. 
 Suatu hari kedua sahabatnya datang. Mereka baru kembali dari luar kota untuk berlibur. Keduanya segera ke rumah Sibei, Mencoba menghibur dan mengembalikan semangatnya. Tapi, belum berhasil.
Baginya, dia sudah tidak lagi memiliki tujuan hidup. Tak ada lagi yang memberi semangat. Bahkan yang memecutnya ketika dia merasa malas.
Tapi, kedua sahabatnya tak berhenti begitu saja untuk menghibur Sibei. 
Jeklek, brak!!!
"Bei!!! Jalan yuk" ajak Yaki 
Sibei hanya terdiam, tatapan matanya sangat kosong. Tubuhnya tidak sebugar dan segagah dulu. Mukanya pucat pasi.
"Bro, ayolah... Jangan gini terus" sahut Ibe sambil membujuk Sibei.
"Liat nih, kita udah bawa perbekalan banyak. Kita jalan yuk ke taman kota aja. Bothram menghirup udara segar" sambung Yaki sambil merapihkan Sibei yang seperti mayat hidup dan menyeret tangannya agar mau keluar.
Dengan susah payah, keduanya menyeret Sibei hingga keluar rumah dan masuk ke dalam mobil.
Sesampainya di taman kota, mereka segera menggelar tikar dan menyusun perbekalan yang sudah di bawa. Tiba-tiba Sibei menitihkan air mata.
"Bei... Udah dong jangan sedih terus! Kamu itu cowok! Harus kuat" tegur Yaki.
Sibei hanya terdiam dengan cucuran air matanya. 
"Bei... Temenin beli es krim yuk" lagi-lagi Yaki berusaha agar Sibei tidak terus meneteskan air mata. Segera dia menggandeng tangan sibei dan mengusap air mata Sibei. Mereka berjalan keluar taman. 

Glodak glodak, awww!!!

Bersambung

5 komentar

Terima kasih sudah membaca postingan ini semoga bermanfaat :)