Bandung dengan sejuta kenangan. Itulah sekiranya kalimat yang tepat menggambarkan kota Bandung bagiku. Setelah pernah berpikir kelak akan benar-benar akan meninggalkan kota ini dan ternyata takdir berkata lain. Aku Kembali terdampar, diberikan kesempatan untuk menjelajah lagi. Hobiku memang berkunjung ke tempat yang indah dan beberapa minggu yang lalu aku baru saja diajak suami ke Situ Patenggang berkunjung ke Pinisi Resto (restoran kapal).
Lokasi Situ Patenggang Pinisi Resto (Restoran Kapal)
Siapa yang tidak kenal dengan kota Bandung, sebuah kota yang berada di Provinsi jawa barat yang terkenal dengan banyaknya wisata di dalamnya. Lembang, Ciwidey adalah tempat yang seringkali diburu oleh para pelancong dari luar kota Bandung. Pinisi resto atau restoran kapal adalah salah satu wisata yang cukup hits belakangan ini. Lokasi pinisi resto berada di Kelurahan Patenggang Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung.
Untuk menuju lokasi tersebut dibutuhkan waktu kurang lebih 2 jam dengan kecepatan rata-rata 40 km/jam menggunakan sepeda motor dari kota Bandung. Tentunya waktu ini bisa dibilang relatif. Tergantung bagaimana pengendara melajukan kendaraannya.
Perjalanan Kedua yang Tetap Mengesankan
Perjalanan ke situ patenggang adalah perjalanan keduaku bersama doi. Perjalanan pertama waktu itu adalah saat masih duduk di bangku kuliah semester 3 dan Kala itu doi adalah teman terdekat yang baik hati mau menemaniku menjelajah kota Bandung.
Situ patenggang adalah salah satu destinasi yang ada dalam lis melancongku. Sebuah tempat yang aku tahu dari sebuah film berjudul Heart. Film romansa yang cukup membuatku baper yang diperankan oleh Acha S, Irwansyah dan Nirina Zubir. Sebuah tempat ketika Luna melepaskan seekor kura-kura bersama Farel di sebuah danau adalah yang ingin sekali aku kunjungi dan tempat itu adalah danau Situ Patenggang
Mumpung sedang kuliah di Bandung, aku tidak mau melewatkan kesempatan itu begitu saja. Doi memang teman terbaik yang mau mengantarkanku ke sana. Perjalanan ke sana bersama si doi tidak mulus. Nyaris dibatalkan karena kami tersesat entah di daerah mana. Namun, kami tidak menyerah dan terus berjalan sampai ke tempat tujuan. Aku pun berhasil foto di danau tempat Luna melepas kura-kura itu.
Tidak hanya itu, aku pun mencoba salah satu wahana air dan mengayuh bersama menuju batu cinta. Tetapi sayangnya kami tidak turun ke lokasi batu cinta, karena saat itu hujan turun dan membuatku takut karam sehingga memutuskan untuk segera kembali. Setelah puas kami pun pulang dan di perjalanan pulang kami Kembali tersesat sampai ke stadion jalak harupat dan terjebak di suatu perumahan yang kami tidak tahu itu di mana. Kami berhasil keluar setelah mengitari perumahan itu sebanyak tiga kali.
Itulah perjalanan pertama yang cukup mengesankan. Perjalanan Kedua ke Situ Pateggang bersama doi kemarin status kami telah berbeda, yaitu menjadi suami dan istri. Sungguh, jodoh memang rahasia Tuhan. Siapa yang mengira aku akan bersama dia setelah berbagai kisah yang pernah dialami selama masih menjadi teman satu kelas dan teman mengerjakan tugas dulu.
Perjalanan kedua ini pun sesungguhnya atas dasar permintaanku yang penasaran dengan restoran kapal yang cukup viral itu. Aku selalu menyebutkan nama itu dengan restoran kapal karena tidak tahu Namanya. Doi pun berselancar ke situs internet dan didapat hasilnya adalah pinisi resto yang ada di Situ Patenggang.
Hari Ahad, 7 Februari 2021 kami pergi ke sana. Awal berangkat dari rumah cuaca cukup mendukung karena cerah. Tetapi ternyata, di tengah perjalanan hujan turun cukup deras. Beruntung kami sudah sedia jas hujan. Perjalanan kedua kali ini aku merasa tempatnya sangat jauh. Sampai aku pun meminta untuk putar balik saja. Sudah tidak sanggup rasanya melanjutkan perjalanan yang cukup jauh.
Namun, si doi menyemangati dengan kalimat “Bukannya dulu pernah dan tetap semangat!” aku hanya jawab “Iya,gitu?”. Lupa rasanya aku pernah menyusuri jalan sepanjang itu dan akhirnya kami memutuskan untuk tetap melanjutkan perjalanan sembari bernostalgia hingga sampai di pinisi resto. Sebuah tempat yang benar benar pernah kami kunjungi. Hanya saja tempat masuk lokasinya berbeda.
Makanan di Pinisi Resto Tidak Ada yang Hangat
Awalnya aku berpikir kapal itu hanya sebuah icon tempat. Namun, ternyata bukan. Melainkan memang sebuah tempat makan di atas kapal. Benar-benar sebuah kapal besar yang terbuat dari kayu. Aku menyebutnya bahtera Nuh, karena kapalnya tidak berada di atas danau melainkan di atas daratan.
Sesampainya di sana kami lapar dan memesan makanan. Sayangnya cuaca saat itu memang tidak mendukung karena mendung dan di atas kapal ternyata kabut gelap sehingga kami pun tidak bisa mendapatkan foto yang apik. Suasana sangat dingin, makan yang hangat-hangat pastilah nikmat.
Namun, ekspektasi tidak seindah realita. Karena cuaca yang sangat berkabut, makanan yang kami pesan seketika menjadi dingin dilahat kabut yang disertai angin juga gerimis hujan. Harapan bisa menghangatkan badan dengan makanan pun sirna. Kami pun hanya tertawa dengan badan yang semakin menggigil dan mencoba menikmati makanan. Sayangnya, aku tidak sanggup bertahan lebih lama di arena luar kapal dan segera masuk ke dalam kapal untuk menghindari dingin. Jadi jika mau makan di sini jangan saat kabut turun dan jangan makan di arena luar kapal jika tidak ingin merasakan hal yang sama seperti kami.
Itulah cerita kami yang mengesankan di awal tahun 2021 ini. Perjalanan menyusuri jalan kenangan yang berhasil lolos dari salah jalan dan tersesat di antah berantah. Oh iya, jangan pula tertipu dengan oleh-oleh buah stroberi murah yang dijual di sini oleh pedagang keliling karena harga stroberi di pinggir jalan lebih murah. Ini ceritaku, apa ceritamu?
Oh, iya, jangan lupa tetap patuhi protokol Kesehatan ya. Karena dunia masih belum aman. Tetap sehat dan tetap semangat. Semoga segera melepas masker ketika keluar rumah supaya tidak eungaaap.
0 komentar
Terima kasih sudah membaca postingan ini semoga bermanfaat :)