Sekolah Normal Lagi, Kapan?



Ada sebuah pertanyaan yang sering terlontar, “kapan sih covid ini selesai?” begitu sering pertanyaan ini keluar dari mulut mereka yang sudah mulai bosan dan mungkin lebih mengarah ke sikap bodo amat. Bukan lagi resah dan gelisah atau bahkan ketakutan.
Well, sebagai orang baru dalam dunia pendidikan, saya juga mendengar pertanyaan serta keluhan seperti kata-kata di atas dari para siswa. Mereka seringkali mengirim pesan melalui whatshap hanya sekedar bertanya, “bu, berangkat sekolah kapan?”, dan yang bisa saya sampaikan hanya “tunggu info ya”. Sama sekali jawaban yang tidak mereka harapkan.
Beberapa ada yang merespon dengan sedikit emosi, karena berkali-kali bertanya selalu tidak pernah mendapatkan jawaban.
Apa boleh dikata, covid memang memberikan dampak ke berbagai sektor. Termasuk dunia pendidikan. Jauh sebelum ada covid dan pemerintah mengeluarkan kebijakan pendidikan terkait pembelajaran di rumah dan poin poin yang menyertainya.

Saya pernah diskusi dengan salah seorang guru tentang dunia pendidikan. Pembicaraan ini ada karena melihat tingkah laku siswa siswi saat ini dan beberapa keruwetan yang ada dalam administrasi sekolah. Kami sama-sama memiliki pandangan kelak suatu haru nanti entah di tahun berapa bisa jadi sekolah formal tidak lagi diminati.
Banyaknya pembelajaran online dan juga home schooling yang semakin banyak diminati adalah salah satu penyebab berkurangnya minat anak-anak di masa depan untuk bersekolah formal. Tapi, itu hanyalah dunia hayal yang ada dalam pikiran kami. Karena menurut saya pribadi, secanggih apa pun pembelajaran secara daring atau pembelajaran model home schooling tetap tidak bisa mengalahkan proses pembelajaran formal. Dimana proses pembelajaran terpusat pada satu tempat yang secara tidak langsung mengajarkan manusia untuk hidup bersosialisasi. Karena manusia itu mahkluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri.
Kami pun berpikir, apakah manusia saat ini sedang diarahkan untuk menjadi pribadi yangh egois? Belajar sendiri dan di tempat yang nyaman dengan versi sendiri.
Barangkali itu hanya sebuah pikiran yang sedikit terlintas dan mari lupakan. Di sini, saya ingin berbagi kisah tentang sekolah yang berpindah tempat ke rumah atau belajar dari rumah. Kisah ini datang dari ponakan sulung, dalam pikirannya sekolah itu tidak bisa di rumah. Sekolah ya berarti di sekolahan.

Saat ini dia duduk di kelas 4 usianya baru 10 tahun, selama belajar di rumah dia sama sekali tidak pernah memegang buku pelajaran. Hanya game dan game yang dipegangnya sehari-hari. Jika ditanya tentang tugas sekolah jawabannya hanya “nanti”.
Padahal, anaknya sepupu juga sekolah di tempat yang sama dengan ponakan sulung. Setiap hari dia mengerjakan tugas dan melakukan absen. Lagi, si ponakan sulung ketika diminta penjelasan tidak pernah menjelaskan. Hanya luapan emosi yang keluar, karena merasa disamakan dengan adik sepupunya.
Karena kegiatan pembelajaran dilakukan di rumah, ujian juga dilakukan dari rumah. Soal ujian dikirim melalui pesan whatshapp dengan link soal menggunakan google form.
Lucu terkadang dengan tingkah lakunya ketika di suruh mengerjakan soal, dia selalu jawab “nanti” sore atau malam hari baru dia akan mengerjakan tes nya. Ibunya juga mendukung karena batas pengumpulan tes jam 9 malam. Jadi mereka santai. Di hari ketiga mereka mendapat teguran untuk mengerjakan tes di siang hari. Betapa hebohnya rumah dibuat gaduh oleh ponakan sulung. Setiap hari dia meminta bantuan untuk mengerjakan soal. Jika tidak ada yang membantu dia marah dan tidak mau mengerjakan. Lucunya dia mengeluarkan kalimat “suruh siapa ujian di rumah. Yang penting, kan, ngerjain.”
Ujian telah berlalu, kegaduhan sudah tidak ada lagi. Tiba saatnya pembagian rapor. Adik yang menemaninya mengambil rapor kala itu. Dan hasilnya, nilai rapor semuanya mendapat nilai pas dan mendapat banyak teguran dari wali kelasnya.
Memang dasarnya bocah yang masih labil dengan emosi. Ketika diberi nasihat tentang nanti di kelas 5 masih pembelajaran daring dan harus absen setiap pagi, dia tidak mau menerima kebijakan tersebut. Baginya, tetap saja belajar harus di sekolah bukan di rumah. 
Semoga dengan kebijakan new normal, dunia benar-benar kembali normal dan semua kembali seperti biasanya.

2 komentar

  1. Dilema anak dan orang tua. Nggak sedikit yang ngalamin kayak gini. Apalagi sekolah tatap muka katanya tahun depan baru mulai. Semoga orang tua nggak bosen memberi pengertian pada anak tentang sikon sekarang.

    ReplyDelete
  2. baca ini jadi inget obrolan dengan wali murid yang curhat tadi wkwkw.. dia cerita gimna susahnya bangunin anaknya buat ujian daring kemarin. eh, aku mo senyum tapi rasanya kok jadi seperti gak berempati ya^^

    ReplyDelete

Terima kasih sudah membaca postingan ini semoga bermanfaat :)