Batas Limit

Jujur saja, aku tidak pernah bisa mengungkapkan kata-kata untuk hal tertentu. Tapi kali ini aku mencoba menuliskannya.
Salah satunya ketika mendengar kabar duka. Maut? Siapa yang tahu dan siapa yang mengira kedatangannya. Kejadian yang sebenarnya sangat dekat tapi kita selalu merasa jauh karena melihat usia masih muda. 
Seorang imam besar pernah berkata bahwa "yang dekat itu maut" kebanyakan kita tidak mengindahkan kalimat ini. Kebanyakan bkita menyepelekan hal ini. 
Berbuat baik, nanti lagi lah... Kapan-kapan juga bisa. Tapi, siapa yang tahu ternyata sebelum berbuat baik maut sudah menghampiri. Lantas barulah menyesali. 
Malam tadi, terkhusus diri ini. Kembali mendapatkan reminder terkait hal itu. Sebuah kabar duka dari seorang teman pena. Tentu saja aku mendapat kabar tersebut dari salah satu grup kepenulisan yang kami ikuti. 
Biasanya, jika malam tiba aku malas untuk membuka grup. Jika pun membukanya hanya klik saja kemudian keluar tanpa membacanya. Tapi, malam tadi ada kalimat yang aneh. Sehingga aku putuskan untuk membacanya. 
Mata yang sudah sayup-sayup menuju alam mimpi mendadak terbelalak lebar. Aku tidak mengira dan tidak menyangka. 
Kabar duka itu datang dari mbak Prajna, sosok yang belum pernah aku jumpai tapi aku merasakan kenyamanan dan seolah pernah bertemu (tapi, temanku pernah berkata memang sebelumnya kita ini pernah bertemu hanya saja tidak saling mengenali). 

Awal mulai cit cat dengan mba Prajna ketika kita sama-sama resmi menjadi anggota ODOP dan masuk grup selanjutnya. 
ODOP membuat beberapa grup kecil lagi, ada OTM (ODOP Tembus Media), ONB (ODOP Nulis Buku), ODOP squad blogger satu lagi yang membaca (lupa singkatannya)
Aku dan mba Prajna berjumpa lagi di grup OTM dan blogger. 
Karena grup OTM aku mulai memberanikan diri memulai percakapan dengan beliau. Karena waktu itu aku merasa bingung dengan kata-kata yang harus tersusun ketika harus kirim ke media. Biasanya aku bertanya ke mbak Jihan, tapi waktu itu aku mencari yang sedang online dan mbak Prajna sedang on kala itu.
Dari percakapan lewat WhatsApp itu ternyata kita memiliki prinsip yang sama dalam hal penembusan media yaitu "tulis-kirim-lupakan" karena kita sama-sama merasa nggak mungkin tulisan kita dimuat. Tapi siapa yang menyangka, tulisan mbak Prajna berhasil dimuat belakangan ini (selamat mbaaak, bersyukur pernah mengucapkan kata itu). 
Mbak, kita belum pernah berjumpa tapi rasa sedih ini ada. Bahkan malam tadi, ketika aku meneteskan air mata (tanpa sengaja) hujan pun mengikuti turun dengan begitu derasnya ("alam lagi-lagi tahu aku sedang sedih..." Gumamku).
Mbak,,, aku yakin. Kamu orang baik. Meski kita baru bertegur sapa melalui udara semoga kelak di tempat berbeda kita bisa berjumpa dengan kondisi yang lebih baik. Aamiin



4 komentar

  1. Aamiin ya Allaah. Aku juga kayaknya tadi malem tuh gabisa tidur cepet. Biasanya jam 9 tidur. Bangun lg jam 12 atau jam 1an. Kemarin itu gabisa tidur. Melek sampe dapat kabar tentang mba Prajna Nok 😭😭😭

    ReplyDelete
    Replies
    1. Itu tulisanku banyak yang kelewat. Ternyata nulis kondisi hati sedih tuh gini ya... Hiks :'(

      Delete
  2. Iya ..moga kita selalu bisa terus mengingat mb Prajna dan mendoakannya ya mbak. Mengingatkan kita pun nanti akan kembali..

    ReplyDelete
  3. Aamiin. Meskipun belum pernah bersua, tetapi adanya interaksi di ODOP bikin kita serasa dekat, karena ditautkan dengan hati dan kesukaan yang sama, yaitu menulis.

    ReplyDelete

Terima kasih sudah membaca postingan ini semoga bermanfaat :)