STBSTN (2)


Dalam gerakan shalat kita diajarkan untuk sabar, jangan buru-buru, selesaikan dulu yang satu baru berpindah ke yang lain Faidza faraghtafanshab. Begitu juga dalam sikap kita terhadap menghadapi sebuah masalah. Jangan semuanya ditumpuk dan terfikirkan sehingga menjadi bom waktu yang siap meledak dan membuat stres.

            Allah sudah mengaskan dalam kalamNya, hidup orang yang beriman akan selalu diuji, Allah hanya akan memberikan dua hal terhadap orang beriman yaitu bashiran (kabar gembira) dan nadziran (peringatan). Keduanya dibungkus dalam bentuk ujian, dan berbagai macam hal ujian yang diterima setiap mu’min berbeda-beda sesuai dengan batas kemampuannya (laa yukallifullah nafsan illa wus’aha). Tahu kisah sang budak hitam legam Bilal bin Rabbah? Allah memberikan ujian kepadanya berupa ancaman nyawa. Pilihan hanya dua, tetap beriman kepada yang ahad atau hidup kembali menjadi budak, dan Bilal memilih tetap beriman dengan penuh kesabarannya menerima segala siksaan yang diberikan terhadap dirinya, berupa himpitan batu besar di dadanya dalam terik panas yang menyengat. Kesabarannya dalam menerima ujian keimanan itu membuahkan hasil, Allah mengirimkan Abu Bakar untuk membebaskannya. Apakah Bilal tau, dia akan terbebas? tentu tidak! yang dia tau, jika dia bersabar maka pertolongan Allah itu pasti.

            Dahulu, pengikut rasulullah Muhammad juga ditimpa ujian yang begitu berat, pemboikotan yang dilakukan kafir Quraisy membuat kaum rasulullah Muhammad menahan lapar berhari-hari. Allah ingin menguji keimanan mereka dengan keadaan ini, apakah tetap beriman atau kembali kafir. Mendengar kisah ini aku teringat sebuah ayat yang sedikit menggambarkan keadaan tersebut.

"Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, Padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, Sesungguhnya pertolongan Allah itu Amat dekat." (Q.S. Al-Baqarah:214)

Malu rasanya, jika diri mengeluh hanya karena Allah tidak menitipkan rizki berupa uang dalam sehari, padahal rizki dari Allah bukan hanya masalah uang atau materi tapi lebih dari itu, dengan masih diberikan kesehatan, mata melihat dengan sempurna, telinga mendengar dengan baik, mulut berbicara begitu lancar hingga nafas yang masih berhembus menikmati oksigen tanpa harus membayar mahal. Ayat di atas benar-benar harus menjadi cambuk dalam diri bahwa orang terdahulu pun diuji sama halnya kita, namun kita terlalu sibuk mengeluh sampai lupa untuk bersykur. Terlalu pandai mengeluh namun fakir dalam rasa syukur, selalu melihat ke atas dalam dunia namun melihat kebawah dalam urusan akhirat.

            Surat Al-Baqarah:214 , setidaknya menjadi pecutan bagi diri sejauh mana kita sudah diuji? Meningkatkah iman kita setelah diuji? Kita ini memang lucu, selalu berharap surga namun menempuh jalan neraka. Selalu mengharap surga namun tak mau menerima ujian berupa kemelaratan, kesengsaraan (kelaparan, jauh dari keluarga) dan diguncang dengan berbagai macam cobaan yang lainnya. ketika ditinggal oleh orang terkasih (ibu/bapak/kakak/sanak saudara), begitu mudahnya kamu menunjuk kambing hitam dan berkata “Allah begitu kejam terhadapku, kenapa harus ayahku yang Kau ambil?”, lalu meronta bahkan mengurung diri. Sungguh, jika ini yang dilakukan sangat tidak mencerminkan orang yang beriman. Bukankah mukmin mengimani qadha dan qadar? Kenapa selalu lupa dengan rukun iman yang ini?

            Selama nafas berhembus dan jiwa masih menyatu dengan raga, selama itu pula ujian demi ujian akan selalu hadir bagi mereka yang beriman. Kisah-kisah orang terdahulu harusnya menjadi pecutan bagi diri untuk selalu bersabar dan bersyukur sehingga menjadi ahli hikmah. Al-qur’an mengabadikan kisah sang ahli hikmah ini, dan disimpan dalam susunan urutan surat yang ketiga setelah Al-Baqarah yaitu surat Ali ‘imran. Begitu istimewanya hingga Allah SWT memberikan hadiah spesial dan menjadikan namanya sebagai salah satu surat dalam Al-Qur’an.

            Jika kita ingin mengeluh, tahan... tarik nafas dalam-dalam kemudian hembuskan (lakukan hingga diri mulai merasa tenang), dan beristighfarlah memohon ampun kepada Allah. Jangan menjadi hamba yang cengeng!, baru diuji dengan tidak mendapat pekerjaan selama berbulan-bulan sudah putus asa kemudian memilih jalan pintas nikah aja deh (celotehan ini biasa keluar dari mulut kaum hawa) terserah calonnya seperti apa. Duh... sayang sekali, harusnya kita bermuhasabah diri, bukan berputus asa. Diuji putus cinta dengan sang pacar, dengan gampangnya mengambil jalan pintas bunuh diri, katanya aku tak bisa hidup tanpamu (prett...). Jika demikian, dimana kedudukan Allah yang maha menghidupkan? Ah, esmeralda! Kamu terlalu picik dalam berfikir dan mengambil keputusan. Padahal, dengan kejadian putus cinta tadi, Allah ingin memberitahukan bahwa tidak ada cinta yang haqiqi kecuali hanya kepadaNya, dan Allah ingin hambanya kembali kepadaNya.

            Mulai detik ini, berubahlah menjadi hamba yang lebih ta’at dan selalu mengingat Allah, agar kita menjadi hamba yang pandai bersabar dan bersyukur. Mencoba untuk menjadi hamba yang ahli hikmah, memandang segala masalah dari sudut pandang yang berbeda. Menjadi hamba yang bersabar tiada batas bersyukur tanpa nanti.

0 komentar

Terima kasih sudah membaca postingan ini semoga bermanfaat :)