Resign

Satu kata yang membutuhkan ribuan tahun untuk memutuskannya (lebay). Gak, gak sampai ribuan tahun. Tapi membuat kepala puyeng dengan rangkain huruf-huruf yang menari-nari di dalam pikiran. 
Dilema? Pasti. Galau? Iya.  Ingat life is choice! Milih lagi milih teroos. Mau makan bakso aja milih mau belinya di mana. Beli permen yang 500 rupiah dapet 3 biji juga milih mau permen yang manis, kecut atau permen rasa-rasa. Asal jangan rasa yang tertinggal (bucin mode on). 
Well, akhirnya dengan segala drama yang ada dan kejenuhan yang melanda aku putuskan untuk resign. Kenapa aku bilang drama? Karena setiap telpon rumah ibu selalu ngeluh sakit. Sebagai anak yang banyak dosa mesti mikirin. Kalau-kalau ada terjadi apa-apa gimana? Bahkan terkadang aku nangis-nangis sendiri di dalam  kamar kost yang luasnya gak seberap (ini drama banget). Kalian tau? Uang bukan segalanya, tapi segala-gala butuh uang. Lieur (pusing) kan?.
Suatu hari ketika aku pulang kampung (belum resign) ternyata ibu sakit. Akhirnya aku mengantar ibu pergi berobat pagi-pagi buta ke sebuah praktik dokter. Sampai di sana, ternyata sudah banyak  yang antre. Ini orang pada datang jam berapa yak (gumamku). Selama antre aku hanya diam. Sambil kulihat wajah perempuan yang begitu kuat. Sesekali  bayangan kisah masa lalu muncul. Tapi lama kelamaan aku mulai kesal dengan antrean yang begitu lama. Waktu sudah menunjukkan pukul 08.00 dan ibu belum dipanggil juga, padahal kita udah nongkrong di sana dari jam 6.15 WIB. Karena kesal yang tiada tara hatipun ikut bergumam. Ini kalau yang datang pasien tabrakan bakal disuruh antre juga gak nih, atau yang kena serangan jantung. Keburu meninggal dah tuh pasien.
Aku yang sedari tadi sibuk dengan gumamanku, dan ibuku mengajak ngobrol pasien lain yang baru saja tiba. Dan tanpa sadar ada kata yang menyayat hati keluar dari mulut sang ibu. 'anak yang jauh mah cuma bisa ngasih uang ya bu, beda sama yang deket. Yang deket mah ya iya nganter kemana-mana ya ngurusin'. Rasanya, aku seperti sedang ditegur oleh Rabb-ku. Berbakti mau kapan lagi kalau bukan sekarang?. Kata-kata ini yang membuatku mantap dan menetap kembali ke kampung halaman.
Kenapa aku bilang jenuh? Karena aku sudah mulai bosan berhadapan dengan printer-tinta-kertas dan segala keruwetan yang ada. Terlebih, aku membaca situasi bahwa ditahun saya resign proyek bangunan keairan sedang tidak bagus. 
Ketika mengajukan resign, bos bertanya tentang kelangsungan hidupku. Apakah aku akan bekerja di suatu tempat atau bagaimana. Entah kenapa yang keluar dari mulutku ini bukan kata kerja di tempat lain. Tapi menikah!. Karena aku kira alasan ini lebih cepat terkabul dan pasti akan disetujui. Dan ternyata, memang pembacaan situasiku serta alasanku mendukung. Bos langsung meng-iyakannya. Sambil aku diberikan wejangan-wejangan sebelum pulang.
Ternyata bukan hanya bosku yang peduli terkait keputusan resignku. Kakak dan beberapa teman bertanya keheranan dan bertanya kamu mau ngapain kalau resign?. Banyak! Gumamku lagi. Aku hanya takut dibilang sombong jika aku mengatakannya 😂. Kubiarkan mereka menerka-nerka sepuasnya. Bahkan mereka ghibah tentangku juga gak masalah. Mereka ini yang rugi, aku yang untung. 
Bohong, jika aku tidak berfikir panjang. Tapi saat aku mengundurkan diri, rencanaku hanya bagaimana bisa sampai rumah secepatnya. Urusan kerja lagi atau apapun itu masalah belakangan.
Saat itu, aku merasa rencanaku sesuai dengan rencanaNya. Fiks menjadi pengangguran bertitle :D.

8 komentar

  1. Another way to see the real life....

    ReplyDelete
  2. Wah, keputusan yang mulia itu.

    pernah denger beberapa orang perantu yang menyesal tidak dekat dengan orantuanya sedari dulu. katanya "geus teu aya mah karek sadar". hihih

    ReplyDelete
  3. Hidup emang plhan, namun ketika SDH yakin memilih, yakinkan kalo Allah turut campur d dalamnya, semangat yaa

    ReplyDelete
  4. Engga apa apa dek.. demi orangtua , rezeki pasti ada jalan dari Allah

    ReplyDelete
  5. Masyaa Allah, insya Allah sudah ada rezeki yang lebih bagus ya Teeeh, semangaat ~

    ReplyDelete
  6. Aq dulu juga mikir berkilo2 sebelum resign dr kantor lama hihihi

    ReplyDelete

Terima kasih sudah membaca postingan ini semoga bermanfaat :)