Oh Gini ya Rasanya

Akan ada satu titik dimana kita akan beberapa kali mengulang kalimat dalam waktu yang mungkin sama atau mungkin waktu yang berbeda (maftuha).
'Oh gini ya Rasanya', mungkin dari kita ada sering mengeluarkan kata-kata ini, atau mungkin hanya bergumam dalam hati. Bisa dipastikan, kata-kata ini biasanya keluar ketika kita mencoba hal baru atau mungkin menemukan hal baru.
Misalnya, jika kita merasakan jatuh cinta kepada si ehem (lawan jenis) pertama kali. 'oh gini ya rasanya jatuh cinta, indah ya' (hiyaaa dan kita mulai menghayal ini itu. 
Aku pun begitu, kata-kata itu keluar begitu saja ketika aku baru menginjakkan kaki dalam dunia kampus 'oh gini ya rasanya jadi mahasiswi' sebelum itu aku mengatakan 'Oh gini ya rasanya merantau' gak enak, apa-apa sendiri. Mau makan aja bingung, mau kemana-mana takut nyasar. Terlebih selalu diingatkan jangan pergi sendirian. Begini ternyata rasanya jauh dengan orang tua.
Katanya merantaulah, agar kamu mengerti apa itu rindu. Ku iyakan pepatah itu. Aku baru merasakan rindu akan masakan ibu, rindu, suasana kampung, rindu dengan adik yang menjengkelkan tapi sayang. Dan rindu-rindu yang lain.
Ketika aku berhasil melewati setiap drama kala menjadi mahasiswa dan berhasil mendapatkan toga, aku kembali berkata 'oh gini ya rasanya di wisuda' kaya ada plong-plongnya gitu. Ku ucapkan selamat tinggal kepuyengan-kepuyengan di kepala, selamat tinggal tumpukan kertas, selamat tinggal teman yang penuh kepura-puraan. Dan selamat datang di dunia nyata lingkungan kemasyarakatan.
Ketika harus menenuhi panggilan-panggilan kerja 'oh gini ya rasanya interview kerjaan' kadang tegang, kadang biasa aja. Yang jelas, ada poin ilmu yang aku dapat.
Ketika aku tiba-tiba diutus ke Ambon dan naik pesawat 'oh gini ya rasanya naik pesawat' kata orang menakutkan, kata orang menyeramkan. Tapi kataku, tidak begitu. Karena perjalanan naik pesawat di malam hari mungkin yang menyebabkan itu menjadi biasa saja. Bahkan aku membayangkan, enak ya jadi burung. Bisa terbang bebas dan melihat semua keindahan dari atas. 
'Oh gini ya rasanya', mendapatkan lingkungan kerja yang nyaman, bahkam untuk beribadah sangat mudah. Kabarnya, temanku pernah bercerita di tempat kerjanya yang istirahat sangat terbatas, cuma bisa buat makan. Ibadah seperti salat sangat susah. Bersyukurnya aku.
'Oh gini ya rasanya' kata-kata ini sangat sering muncul ketika aku nyemplung ke sebuah instansi sekolah. Dunia pendidikan zaman now era 4.0. Ketika aku mendapatkan tugas sebagai operator kemudian secara bersamaan tiba-tiba harus mengajar, lalu menjadi seolah-olah guru BK. Begini rasanya menjadi tenaga pendidik di sekolah yang benar-benar baru yang baru ada satu kelas. 
Benar-benar pengalaman yang berharga bagiku, tapi jujur terkadang aku kualahan menghadapinya. Aku sangat keteteran dengan urusan adkinistrasi sekolah, aku keteteran mengerjakan ini dan itu. Tapi disemua keteteran itu selalu ada selipan senyum bahagia. Selalu ada tawa dan canda yang dilakukan orang-orang sekitarku.
Oh gini rasanya jadi guru yang harus mendidik. Yang harus selalu ngaca ke diri sendiri. Ngasih tau sesuatu gak bisa asal. Harus melihat aku sudah melakukannya belum? Atau aku hanya manusia yang pandai dalam hal menasihati namun lalai dengan nasihat itu sendiri? 
Dunia pendidikan lagi-lagi banyak mengajarkan berbagai hal. Meski sebenarnya bukan cita-cita, tapi nyatanya, jalanku selalu mengarah ke arah yang sama yaitu menjadi pendidik. Karena seorang wanita adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya

0 komentar

Terima kasih sudah membaca postingan ini semoga bermanfaat :)