Menjadi Pekerja
Akhir tahun 2015, resmi sudah aku diusir dari kampus secara terhormat!. Menyandang gelar S.Pd dan aku bersyukur tidak berstatus pengangguran tepat setelah lulus. Karen, semenjak skripsi aku sudah diterima oleh salah satu keluarga sebagai guru pendamping anaknya.
Banyak peluang karier dari info yang saya dapatkan. Tapi sayangnya, fokusku hanya bagaimana aku bisa melanjutkan tanggung jawabku untuk menyekolahkan adik semata wayangku ditingkat universitas. Info karier itu memang sangat menjanjikan sepertinya jika aku mau mencbanya. Aku bisa dengan tenang membiayai adikku. Tapi, fokusku ternyata tidak hanya ada di adikku. Melainkan juga sang ibu.
Lagi, hidup dilalui dengan pilihan!. Aku dan adikku harus memilih. Siapa yang akan merantau dan siapa yang akan membersamai ibu.
Awalnya, kita sepakat. Adik merantau dan aku membersamai ibu. Aku nekad keluar dari kerjaanku sebagai guru pendamping dan pulang kampung. Kau tau? Aku merasa, Tuhan melancarkan segala aktivitasku. Tapi selalu dibarengi ujian. Setelah pulang kerumah, aku segera menjadi jobseeker. Kirim surat lamaran kemana saja asal masih masuk wilayah jabar. Baru satu pekan di rumah. Aku mendapatkan panggilan kerja di Karawang, setelah tes dan wawancara, akupun dinyatakan diterima di PT tersebut sebagai admin, dan akupun mengambilnya tanpa fikir panjang. Ternyata hidup di Karawang membutuhkan biaya yang cukup lumayan. Dengan gaji yang aku peroleh dan beban biaya yang harus aku tanggung itu tidak cukup. Kurang bahkan! Normalnya, para pekerha di Karawang mendapat gaji 4-5jt, sedangkan aku, di PT tersebut, karena menjual jasa, gaji yang kudapat jauh dari angka itu. Akhirnya, sambil bekerja dan sambil berfikir. Kuputuskan untuk berhenti dari pekerjaan tersebut dan cari yang lain.
Tak lama, aku dapat panggilan dari sebuah Bank, aku megikuti tes dan wawancara. Dan ternyata akupun dinyatakan lulus untuk tahap selanjutannya. Ternyata, proses perekrutan disebuah bank itu begitu panjang. Setelah tes dan wawancara pertama lulus, kita harus menunggu satu bulan lamanya untuk mengikuti tes kesehatan. Dari tes kesehatan, kita juga harus melengkapi berkas-berkas yang harus di penuhi dengan jangka waktu 2 bulan. Setelah semuanya komplit dan tes kesehatan lulus. Barulah tanda tangan kontrak dan proses magang. Dengan waktu tunggu itu, aku sambil mengajar di sebuah TK didekat rumahku. Tempat ponakanku bersekolah. Betapa kagetnya aku dengan gaji seorang guru TK. Setelah aku resmi menjadi karyawan Bank, akupun pamit undur diri dari guru TK.
Menjadi karyawan bank selama magang, tak seperti dalam ekspektasiku. Aku harus terjun ke Lapangan dan bertemu dengan masyarakat. Tidak hanya itu. Aku juga harus berpartner dengan orang-orang baru. Di sinilah aku merasakan dunia kerja yang sesungguhnya. Kejam!, Begitu banyak persaingan dan saling sikut.
Akupun merasakan hal yang tidak nyaman. Satu pekan aku jalani pekerjaan magang. Namun, aku masih belum memiliki teman (kasian ya). Tak masalah bagiku, aku hanya berfkir yang penting aku dapat gaji yang halal. Tapi nyatanya, aku gugur dipekan kedua. Aku merasa tak sanggup jika kerja dengan segala keruwetan yang ada tanpa kerja tim yang baik. Kuputuskan, aku mengundurkan diri dari bank tersebut.
Seperti yang aku bilang tadi, aku dipermudah oleh-Nya. Sehari setelah itu, aku dapat pengglan kerja kembali. Kali ini pekerjaannya sedikit sesuai dengan bidang yang aku kuasai. Menjadi pengawas lapangan disebuah proyek. Tes lulus dan wawancara telah aku lalui. Katanya, aku menunggu satu pekan lagi untuk tanda tangan kontrak.
Saat yang sama, temanku di Bandung menawarkan juga pekerjaan yang sama bidangnya masih dalam lingkup teknik sipil. Tapi bagian yang berbeda.
Dengan segala pertimbangan dan lagi-lagi kompromi dengan adikku. Akhirnya, aku putuskan mengambil pekerjaan yang ada di Bandung dan adikku pindah kuliah di kampung halamanku untuk membersamai ibu.
Menjadi pekerja itu tidak mudah, dari setiap episode yang aku lalui aku belajar. Bukan lingkungan yang harus mengikuti kita. Tapi, kitalah yang harus menyesuaikan lingkungan yang ada. Jangan selalu ingin dimengerti, tapi cobalah untuk mengerti. Bagaimana mau di mengerti oleh orang, jika kita tidak mau mengerti orang lain?. Dan bagaimana kita bisa hidup bersama dan saling rukun jika kita menginginkan semuanya harus seperti yang kita inginkan. Ingat! Kita bukan seorang sultan!. Kita hanya seorang hamba yang harus (belajar) menggantungkan diri sepenuhnya kepada Tuhan.
1 komentar
semangat kak, sukses selalu :)
ReplyDeleteTerima kasih sudah membaca postingan ini semoga bermanfaat :)