Enggineer

Bak aliran air yang selalu mengalir sesuai jalurnya.
Itu yang aku rasakan. Aku seperti air yang mengalir dan pasti akan menemukan hilirnya. Aku tak pernah memilah dan memilih mana pekerjaan yang cocok denganku. Karena sejatinya, mencoba hal baru dan bertemu ilmu baru itulah yang aku sukai. Asal mau, pasti bisa.
Menjadi konsultan atau kontraktor, aku akan lebih memilih konsultan. Seperti yang dosenku pernah bilang. Jadi kontraktor itu banyak nerakanya (ngertikan ya maksudnya). Kenapa aku memilih konsultan, setidaknya aku tidak harus berurusan langsung dengan owner, hanya membantu pekerjaan didalam ruangan. Memininalisir kenerakaan sangat bisa disini. 
Kebetulan, jobku di sini tidak begitu memberatkanku. Aku haya bagian report atau pelaporan saja. Meski terkadang, aku membantu pekerjaan analisa hitungan, seperti RAB. Atau menghitung kebutuhan bahan dan volume pekerjaan. 
Dalam dunia sipil, pekerjaan itu dibagi menjadi 3 bagian besar, mungkin kalian pernah dengar Dinas Perumahan dan Tata Ruang (PUPR) pekerjaan ini terfokuskan dengan bangunan gedung. Lalu Bina Marga Jalan dan Jembatan sudah terlihat dari namanya, khusus masalah perbaikan dan pembangunan terkait jalan dan jembatan saja. Dan terakhir Dinas Pengairan, dinas ini fokus dengan bangunan-bangunan air. Model bendung, bendungan, drainase, dermaga, irigasi, rawa. Pokoknya yang ada air-airnya dalam jumlah banyak. 
Dulu, aku mengambil konsentrasi bangunan keairan. Pekerjaanku juga sebagai konsultan bangunan keairan. 
Agak repot memang, menjelaskan kepada warga sipil. Katanya warga sipil, tapi gak paham sama dunia kesipilan. 
Tepat, seperti aku dulu. Ketika melihat informasi aku lulus SBMPTN tulis dan diterima di jurusan teknik sipil, bayanganku adalah aku akan bekerja sebagai pegawai kelurahan. Tapi faktanya, bukan!. Masyarakat masih sangat awam dengan istilah konsultan, kontraktor, teknik sipil dan kakak adikannya dalam dunia teknik sipil.
Seringkali ketika aku ditanya, kerja apa? Konsultan singkatku. Mereka (karena yang nanya gak cuma satu orang) selalu menanyakan soal berikutnya. Konsultan apa? Begitu aku jawab sipil mereka langsung kebingungan. 
Akhirnya, setiap ada yang bertanya tentang pekerjaanku, aku jawab konsultan cinta. Dan mereka tertawa terbahak-bahak (karena mereka tau, aku single sok-sokan jadi konsultan cinta. Wkwk ah)
Jika ada yang bertanya lagi, kerjaan kamu apa? Aku jawab. Kerjaanku jalan-jalan dan nonton youtube. Lagi, mereka heran dengan pekerjaanku. 
Good please! Kenapa semua ini terjadi padaku (alay). Intinya, aku akan menjawab pekerjaanku kepada mereka dengan berbagai macam jawaban. Tergantung siapa yang bertanya, mamang-mamang penjual bakso dan kawan-kawannya kah, guru kah, mahasiswa, pelajar, atau siapapun mereka akan menerima jawaban yang berbeda. Kecuali yang ketika aku menjawab sipil dan yang bertanya langsung menimpali 'ooh yang kerjaannya gambar sama itung-itungan ya, arsitek dong' (tepok jidat lagi). Tapi aku iya-kan jawaban itu, lumayan lah rada sombong sedikit (eh gak boleh sombong ya, lupa). 
Persepsi masyarakat, yang bisa desain-desain gedung itu cuma arsitektur. Pokoknya kalau yang bagus-bagus itu arsitek. Arsitek dan teknik sipil memang satu rumpun. Satu bidang pekerjaan. Tapi, seorang arsitek jarang mendesain sebuah jalan atau jembatan. Jarang juga menggambar bendung dan teman-temannya. Simplenya, sipil lebih rumit dari arsitek (pendapat pribadi). Karena, arsitektur hebat dalam menggambar tapi masalah hitungan kekuatan dan lain-lainnya sipil lah yang mengerjakan. Jadi antara arsitek dan enggineer (sebutan seorang teknik sipil) itu adalah hubungan saling membutuhkan atau simbiosis mutualisme.

7 komentar

Terima kasih sudah membaca postingan ini semoga bermanfaat :)