Serunya Berniaga (Berjualan)_ End
Sehari setelah diwisuda. Inilah babak baru yang membuat Hiania melamun kemarin-kemarin. Lagi dan lagi dia masih tidak tau apa yang akan dia kerjakan. Dia kembali mengikuti alur hidupnya yang kali ini akan membawanya ke dalam dunia kerja. Layaknya usia pekerja pada umumnya, Hiania juga ikut mempersiapkan apa-apa yg harus disiapkan untuk melamar pekerjaan. Setelah semua persyaratan terpenuhi Hiania hanya memandangi layar persegi berukuran 14 inci, membuka laman google lalu segera memasukan kata kunci 'Lowongan Kerja'. Scroll srooll tiada henti, bolak balik atas bawah. Memilah dan memilih hanya dengan duduk manis. Kemudian dia kirim lamaran itu via e-mail.
Setiap hari, hanya itu yang dilakukan oleh Hiania, tapi panggilan kerja tak kunjung dia dapatkan. Dalam benaknya mulai berseteru bayangan ucapan netizen kampung yang sangat kejam. Beruntung! Dia lahir dan tumbuh dari keluarga pedagang. Akhirnya Hiania mencoba peruntungan lewat usaha keluarganya. Mencoba menginofasikan usaha dagang keluarganya dengan bisnis online.
Mulailah dia searching cara berbisnis online yang kian marak kali ini. Segera dia komunikasikan kepada keluarganya tentang niatannya untuk berbisnis itu. Tapi, bukan support yang dia dapatkan, melainkan celotehan yang menganggap remeh dari kakaknya.
"Kamukan kuliah, kenapa malah jualan?" Sinis sang kakak.
Tapi Hiania tidak patah semangat, karena itu hanya satu dari ke-5 kakaknya yang meremehkan. Dia masih ada kakak yang mau mendukungnya.
"Kamu, kalau mau bisnis kakak dukung. Tapi besok bantuin kakak dulu di pasar jualan mau gak?"
Hiania melamun, dalam hatinya bergumam 'duh, masa iya sarjana ke pasar. Apa kata dunia?', 'ah, gimana nanti kalau bertemu kawanku? Mau di simpan di mana mukaku'. berbagai macam gumaman dalam hatinya. Resah!!! Lagi-lagi dia bingung.
"Gimana?". Sahut sang kakak.
"Oke, besok ke pasar". Dengan berat hati dia menerima tawaran itu.
***
Keesokan harinya
Sang kaka sudah satndby di depan rumah, Hiania terkejut! Ternyata ucapan kakaknya tidak main-main. Dengan berat langkah dan hati, dia ikut sang kakak ke pasar dengan sepeda motor sang kakak. Sepanjang perjalanan, Hiania terus membayangkan hal-hal yang begitu menyeramkan dalam ekspektasinya. Bertemu dengan konsumen-konsumen yang begitu menyebalkan!.
Setibanya di pasar, Hiania hanya berdiri melamun.
"Ayok sini bantuin! Buka lapak." Sang kakak kembali memcahkan lamunan Hiania.
Hiania hanya bergerak ketika sang kakak memberikan komando ini dan itu. Jika tidak ada komando, dia hanya berdiri terdiam.
Setelah lapak selesai siap untuk di jajakkan, rupanya sang kakak sengaja mencoba meninggalkan Hiania menjaganya. Sang kakak beralasan pergi membeli sarapan. Tak lupa, sebelum pergi meninggalkan Hiania sendirian, sang kakak sudah melebeli harga di setiap item yang akan dijual.
"Kakak tinggal dulu ya, itu harga-harganya sudah tertempel" sang kaka pergi berlalu.
Hiania hanya menganggukkan kepala, tanda ia paham.
Dan show time.....
Pembeli pertama datang,
"Mba, ini berapa?"
"35.000 buk"
"Bisa kurang gak mbak?"
"Paling pasnya 30.000 buk"
"Ih, 25.000 aja" tawar sang ibu pembeli
"Gak bisa bu, belum dapet".
Pembeli pertama, pergi begitu saja setelah menawar barangnya tapi tidak sesuai dengan harga yang dia tawar.
Pembeli kedua datang
"Mbak, itu bagus berapa harga?"
"Oh itu 50.000 mbak"
"Boleh kurang?"
"Bisa mbak, paling jadi 45.000"
"Coba sini liat"
Hiania memberikan barangnya, kemudian dipegangnya barang itu, dicoba, dilihat, di terawang.
"Oke mba, beli satu yang ini"
Hiania langsung membungkus rapi barang dagangannya.
"Ini bu, trimakasih ya..."
Pembeli berikutnya, kali ini si pembeli sedikit menguji kesabaran Hiania
"Mbak, yang ini berapaan?"
"Itu 25.000 buk"
"Ah iya, mbak saya pilih-pilih dulu boleh kan ya?"
"Iya bu, boleh"
"Nah, kalau in berapa?"
"Itu 30.000"
"Yang itu sih?" Menunjuk barang yang lain
"Sama bu, 30.000"
Si pembeli seperti membabi buta, pindah sana sini dan bertanya item-item. Setelah sudah puas dengan enaknya dia berkata:
"Ya sudah mbak, nanti lagi. Saya kesana dulu"
Huaaahhh ingin nangis rasanya! (Jeritan hati Hiania).
Berdagang tidak semudah yang dia Kira ternyata. Tak lama, kakaknya sudah kembali.
"Gimana? Laku?"
"Nih satu potong, nyebelin ih" sambil manyun dan menyodorkan uang.
"Kenapa? Ko gitu?" Tanya kakak heran
"Gak papa, besok gak ikut lagi ah".
Sang kakak mengerti betul apa yang dirasakan adiknya. Kakak hanya tersenyum simpul tapi tetap tidak menyuruh Hiania pergi. Sang kakak segera mendampingi Hiania berjualan, sambil menasihatinya secara perlahan sedikit demi sedikit. Teori dan praktek dilakukan secara bersamaan. Hingga akhirnya Hiania menemukan sebuah kebahagiaan tersendiri. Seru!!! Menakjubkan bertemu dengan berbagai macam karakter orang dalam sehari. Bahkan Hiania dapat menyimpulkan kenapa ada pepatah "pembeli adalah raja" bisa dilihat dari contoh-contoh pembeli di atas. Begitu bahagia mereka menentukan untuk membeli atau tidak. Tak peduli bagaimana capek dan emosinya si pedagang. Yup berjualan (berniaga) memiliki seni tersendiri bagi Hiania. Bukannya kapok untuk jualan, ketika sudah tau ilmunya malah ketagihan. Itulah yang dirasakan Hiania,Serunya berniaga :D.
7 komentar
Pengen coba
ReplyDeleteHiania semangat terus ya hehe
ReplyDeleteSemangat
ReplyDeleteSembilan dari sepuluh pintu rezeki adalah melalui perniagaan
ReplyDeleteSemangat,,, yuk berniaga
ReplyDeleteMemang benar, berdagang itu mungkin sedikit melelahkan tapi jika banyak yang terjual maka terasa sangat bahagia.
ReplyDeleteHua... Aku bles buat semua ya.. ayok berniaga. Heee
ReplyDeleteTerima kasih sudah membaca postingan ini semoga bermanfaat :)