Terjebak Masa Lalu (part.2)
Mimpi yang menjadi nyata itu, ibarat mendapatkan hadiah terindah.
____***____
Setelah lama termangun, Adi pun beranjak pergi. Pulang dengan mengendarai motor vario berwarna pink-nya. Setibanya dirumah, Adi kembali mengambil ponsel dan mengirimi Tia pesan.
'Tia, sedang apa?'
Tia sedang asik berkumpul menikmati waktu istirahat dengan temannya, bunyi pesan dalam ponselnya dia acuhkan. Tak peduli siapa yang mengirimi pesan itu.
__**__
#Malam hari
Ketika Tia sedang bersantai sambil memainkan handphone-nya barulah dia membaca pesan yang Adi kirim tadi siang. Bukannya segera membalas pesan itu, dia kembali acuh dan hanya membaca pesan itu. Tak lama handphonenya berdering kembali
'Tia, sibuk?' ; "nggak ka, biasa aja. Kenapa?" ; Adi mengawali basa-basi dengan Tia, supaya dia semakin dekat dengan Tia dan menjadi akrab. Adi kembali menjawab pesan pada Tia, 'ada teman kaka yang ingin kenal. Boleh kasih nomer Tia ke dia?' ; "Siapa?, Maaf ka gak boleh" ; 'teman main, kenapa tidak boleh?' ; "males aja ka, hee maaf" ; 'ya sudah kalau tidak boleh'.
Hari demi hari berlalu, Tia dan Adi menjalani kehidupan mereka masing-masing dalam dimensi dan ruang waktu yang berbeda. Adi, selalu berusaha mencari cara bagaimana agar bisa mengutarakan apa yang dirasakan selama ini terhadap Tia. Adi sering mengirimi Tia pesan, walau terkadang, Tia acuh terhadap pesan yang Adi kirimkan. Namun, Adi tidak pernah bosan. Tetap berusaha agar segera dekat dengan gadis pujaannya.
Usaha yang Adi lakukan ternyata membuahkan hasil, detik berubah menjadi menit kemudian jam, hari bahkan bulan. Akhirnya Tia mulai merespon dengan baik setiap pesan yang Adi kirimkan. Bahkan mereka sudah berani saling curhat. Adi, selalu menjadi pendengar yang baik ketika Tia berkeluh kesah tentang mata pelajaran yang menurutnya menjengkelkan. Tak lupa, Adi juga selalu memberikan semangat untuk Tia agar belajar yang rajin. Dalam kedekatan itu, Adi bahkan merubah panggilan ke Tia menjadi adik, tidak memanggil Tia dengan namanya lagi.
Hari sabtu, jam sekolah pulang lebih awal. Tiba-tiba handphone Tia berdering, nada pesan masuk. Ketika Tia membuka ponselnya, ternyata pesan itu dari Adi. 'de, udah pulang sekolah? Kaka jemput ya.' Tia bergegas membalas "iya baru selesai, mau pulang. Nggak usah ka, bisa sendiri ko" (Tia memang anti diantar oleh teman pria bahkan teman sekelasnya sekalipun. Dia hanya mau dengan pria yang sudah akrab dengannya, yang dia anggap sebagai sahabat). Adi membalas kembali pesan Tia 'ini, kaka sudah di gerbang sekolah. Diantar aja ya, gpp'. Tia terkejut!, Dia pun segera bergegas menuju gerbang sekolah memastikan apakah benar adanya. Ternyata, benar! Adi sudah menunggu Tia didepan gerbang dengan motor pinknya, menggunakan jaket abu dan celana panjang. Tak lupa helm yang masih nyangkut dikepalanya.
Tia menghampiri Adi, dari kejauhan Adi sudah melihat sosok Tia segera dia memberikan senyum termanis yang dia miliki untuk menyambut kedatangan Tia. Tia menghampirinya dengan memblas senyum Adi secara terpaksa. Dia merasa malu, dia takut akan gosip dari teman-temannya karena hal itu. Terlebih Tia sedang dekat dengan salah satu teman sekelasnya, Tia tidak mau temannya itu melihat dia bersama Adi. Tia pun sampai didepan Adi, "ko, tiba-tiba sih ka" ; 'iya, gpp kebetulan tadi. Ayo naik' (sambil menyodorkan helm untuk Tia pakai). Tia dengan terpaksa naik dan ikut Adi diantar pulang.
Tia tidak pernah memberi tau Adi jalan menuju rumahnya, namun Adi mengambil jalan yang tepat menuju rumah Tia. Tia pun mulai bingung, sejak kapan Adi tau jalan menuju rumahnya? Sepanjang perjalanan Adi mencoba mengajak ngobrol Tia, namun respon Tia tidak begitu baik. Dalam hatinya masih banyak menyimpan pertanyaan tentang Adi. Aneh...
Ketika Adi sudah masuk ke daerah rumah Tia, diapun bertanya 'de, ini habis ini kemana?' ; "oh iya, itu didepan ada persimpangan, sampai situ aja ka"; 'loh, ko gak sampai rumah?' ; "iya ka, gak boleh, takut dimarain kaka/ibu kalau diantar teman laki2". Merekapun sampai di persimpangan. Tia bergegas turun dan melepas helmnya lalu memberikan helm itu ke Adi. Tanpa bicara panjang lebar "terimakasih ka," Tia pun berlalu kembali meninggalkan Adi.
-Bersambung-
____***____
Setelah lama termangun, Adi pun beranjak pergi. Pulang dengan mengendarai motor vario berwarna pink-nya. Setibanya dirumah, Adi kembali mengambil ponsel dan mengirimi Tia pesan.
'Tia, sedang apa?'
Tia sedang asik berkumpul menikmati waktu istirahat dengan temannya, bunyi pesan dalam ponselnya dia acuhkan. Tak peduli siapa yang mengirimi pesan itu.
__**__
#Malam hari
Ketika Tia sedang bersantai sambil memainkan handphone-nya barulah dia membaca pesan yang Adi kirim tadi siang. Bukannya segera membalas pesan itu, dia kembali acuh dan hanya membaca pesan itu. Tak lama handphonenya berdering kembali
'Tia, sibuk?' ; "nggak ka, biasa aja. Kenapa?" ; Adi mengawali basa-basi dengan Tia, supaya dia semakin dekat dengan Tia dan menjadi akrab. Adi kembali menjawab pesan pada Tia, 'ada teman kaka yang ingin kenal. Boleh kasih nomer Tia ke dia?' ; "Siapa?, Maaf ka gak boleh" ; 'teman main, kenapa tidak boleh?' ; "males aja ka, hee maaf" ; 'ya sudah kalau tidak boleh'.
Hari demi hari berlalu, Tia dan Adi menjalani kehidupan mereka masing-masing dalam dimensi dan ruang waktu yang berbeda. Adi, selalu berusaha mencari cara bagaimana agar bisa mengutarakan apa yang dirasakan selama ini terhadap Tia. Adi sering mengirimi Tia pesan, walau terkadang, Tia acuh terhadap pesan yang Adi kirimkan. Namun, Adi tidak pernah bosan. Tetap berusaha agar segera dekat dengan gadis pujaannya.
Usaha yang Adi lakukan ternyata membuahkan hasil, detik berubah menjadi menit kemudian jam, hari bahkan bulan. Akhirnya Tia mulai merespon dengan baik setiap pesan yang Adi kirimkan. Bahkan mereka sudah berani saling curhat. Adi, selalu menjadi pendengar yang baik ketika Tia berkeluh kesah tentang mata pelajaran yang menurutnya menjengkelkan. Tak lupa, Adi juga selalu memberikan semangat untuk Tia agar belajar yang rajin. Dalam kedekatan itu, Adi bahkan merubah panggilan ke Tia menjadi adik, tidak memanggil Tia dengan namanya lagi.
Hari sabtu, jam sekolah pulang lebih awal. Tiba-tiba handphone Tia berdering, nada pesan masuk. Ketika Tia membuka ponselnya, ternyata pesan itu dari Adi. 'de, udah pulang sekolah? Kaka jemput ya.' Tia bergegas membalas "iya baru selesai, mau pulang. Nggak usah ka, bisa sendiri ko" (Tia memang anti diantar oleh teman pria bahkan teman sekelasnya sekalipun. Dia hanya mau dengan pria yang sudah akrab dengannya, yang dia anggap sebagai sahabat). Adi membalas kembali pesan Tia 'ini, kaka sudah di gerbang sekolah. Diantar aja ya, gpp'. Tia terkejut!, Dia pun segera bergegas menuju gerbang sekolah memastikan apakah benar adanya. Ternyata, benar! Adi sudah menunggu Tia didepan gerbang dengan motor pinknya, menggunakan jaket abu dan celana panjang. Tak lupa helm yang masih nyangkut dikepalanya.
Tia menghampiri Adi, dari kejauhan Adi sudah melihat sosok Tia segera dia memberikan senyum termanis yang dia miliki untuk menyambut kedatangan Tia. Tia menghampirinya dengan memblas senyum Adi secara terpaksa. Dia merasa malu, dia takut akan gosip dari teman-temannya karena hal itu. Terlebih Tia sedang dekat dengan salah satu teman sekelasnya, Tia tidak mau temannya itu melihat dia bersama Adi. Tia pun sampai didepan Adi, "ko, tiba-tiba sih ka" ; 'iya, gpp kebetulan tadi. Ayo naik' (sambil menyodorkan helm untuk Tia pakai). Tia dengan terpaksa naik dan ikut Adi diantar pulang.
Tia tidak pernah memberi tau Adi jalan menuju rumahnya, namun Adi mengambil jalan yang tepat menuju rumah Tia. Tia pun mulai bingung, sejak kapan Adi tau jalan menuju rumahnya? Sepanjang perjalanan Adi mencoba mengajak ngobrol Tia, namun respon Tia tidak begitu baik. Dalam hatinya masih banyak menyimpan pertanyaan tentang Adi. Aneh...
Ketika Adi sudah masuk ke daerah rumah Tia, diapun bertanya 'de, ini habis ini kemana?' ; "oh iya, itu didepan ada persimpangan, sampai situ aja ka"; 'loh, ko gak sampai rumah?' ; "iya ka, gak boleh, takut dimarain kaka/ibu kalau diantar teman laki2". Merekapun sampai di persimpangan. Tia bergegas turun dan melepas helmnya lalu memberikan helm itu ke Adi. Tanpa bicara panjang lebar "terimakasih ka," Tia pun berlalu kembali meninggalkan Adi.
-Bersambung-
9 komentar
Kisah kasih di sekolah yang tak kan terlupa
ReplyDeleteBermimpi yg tinggi dan berusaha tercapai
ReplyDeleteNext 😊
ReplyDeleteDitunggu kelanjutannya ☺️
ReplyDeleteKisah tia dan adi.. next kk
ReplyDeleteSudah ada kaka kelanjutannya... kuy baca lagiii hehege
ReplyDeletePenasaran ka sama kelanjutan ceritanya :)
ReplyDeletekembali ke masa SMA wkwkwk
ReplyDeletenext cerita ditunggu kak
ReplyDeleteTerima kasih sudah membaca postingan ini semoga bermanfaat :)