Menggapai Cita Meraih Asa


Cita-cita, setiap orang dimuka bumi ini pasti memiliki cita-cita, entah itu tertulis atau tidak.

Cita-cita sama dengan mimpi!. Tapi bukan mimpi dalam artian bunga tidur. Ini bercerita tentang mimpi yang harus diraih, Cita yang harus digapai dan segala hal yang harus diupayakan. Dulu, entah kamu ingat atau tidak. Kamu pernah ditanya oleh seseorang (guru disekolah, saudara, ayah, ibu, tetangga, bahkan teman bermain), ‘apa cita-citamu?’ jawabanmu beragam, akan menjadi dokter, insinyur, guru, tentara, polisi dan lain sebagainya. Begitu cerianya kamu menjawab pertanyan itu. Seiring berjalanny waktu, kamu sudah mulai tumbuh menjadi anak-anak bahkan remaja, ketika ditanya kembali terkait cita-cita kamu sudah mulai berfikir.kamu mulai menggali segala apa yang ada dalam diri, mau kemana dan mau jadi apa dan memikirkan hal ini membuatmu menjadi semakin pusing bahkan menyerah dengan keadaan.

Why??? Kenapa demikian? Kenapa tidak se-spontan dulu dan se-optimis dulu? Kamu yang tau jawaban dari semua pertanyan itu. Bukan aku, dia atau mereka….

Berbicara tentang cita-cita, akupun dulu sama mengalami hal yang pernah kamu alami. Kegalauan demi kegalauan pernah aku alami dalam meraih cita dan mimpiku. Kau mau tau? Apa impianku dulu?, jujur, aku lupa apa impianku ketik aku masih kanak-kanak. Yang aku ingat, aku pernah bercita-cita ingin menjadi seorang guru, lalu cita-cita itu berubah ketika duduk dibangku SMA, aku ingin menjadi seorang psikolog bahkan ingin menjadi pebisnis.

Tapi, takdir berkata lain. Jalan yang aku tempuh melenceng terlalu jauh untuk menjadi seorang psikolog, bahkan pebisnis. aku terjebak dalam dunia eksak! Kuliahku jurusan teknik sipil. Ah, mau jadi apa aku ini? Ternyata jurusan yang aku ambil menuntunku untuk menjadi enggineer atau guru SMK. Ternyata, cita-citaku yang sesungguhnya terwujud menjadi guru. Namun, dunia psikolog dan bisnis aku tak meninggalkannya. Aku menjalani kedua hal ini secara otodidak. Tak mengapa bagiku, menurutku semua ilmu bisa dipelajari asalkan aku mau.

Lalu, apa hubungannya dengan dunia menulis??? Sejak SMP aku memang suka menulis, dibuku harianku bercover micky mouse. Apapun kejadin hari itu yang aku alamai aku tulis dibuku harianku, yang orang biasa menyebutnya buku diary. Namun sayangnya, aku meninggalkan itu semua ketik aku duduk dibangku Aliyah, aku berhenti menulis sejak buku diary-ku pernah hilang dan ditemukan oleh teman lelaki-ku. Malu rasanya, segala curahan hatiku terbongkar oleh orang lain. Kegiatan menulis tentu tak pernah lepas dariku. Selam aku masih mengenyam dunia pendidikan aku akan tetepa menulis, menulis mata pelajaran tepatnya. Hihihi

Lulus dari SMA aku kembali menyukai membaca buku, dan menulis kembali hal-hal yang terjadi dalam diri. Jiwa menulisku terpanggil lebih lagi!. Aku sering membuat quote’s dalam laman media sosialku. Facebook tempat aku menuliskan segala keresahan yang terjadi, dan banyak teman-teman bilang kala itu ‘kamu kenapa tidak menjadi penulis saja?’ tidak! Tidak ada harapan sedikitpun untuk berkarya, menulis dan mengirimkan naskah hingga aku memilki buku. Ada seorng temanku yang men-suport coba kamu bikin tulisan, nanti aku jadi pembaca setia tulisanmu. Well aku mulai mau menulis sebisaku dan ku kirim ke temanku yang tadi. Syaif (nama disamarkan) namanya. Dia selalu support bahwa tulisnku bagus, ah tapi aku tidak menghiraukannya. Bagiku tulisanku hanya sebuah unek-unek yang tercurahkan saja tidak lebih. Dunia menulisku kembali diuji, ketika aku aktif disalah satu komunitas islam kaka mentorku menyuruhku mencoba membuat tulisan dari sebuah ayat Al-Qur’an. Wew, ini tantangan bagiku, dan aku hanya bisa menulis sebanyak satu halaman setengah, tapi itu kemajuan menurutku. Wkkwkwk muji sendiri. Lulus kuliah, akupun kerja menjadi enggineer, karena menjadi guru ternyata tidak seindah yang aku bayangkan. Hihihi

Aku masih menulis dan terus menulis, entah masuk kedalam genre mana tulisanku. Setelah 3 tahun menjadi engginer akupun memutuskan untuk resign. Miris melihat kondisi lingkungan sekitar yang semakin kacau. Keresahan diri mulai membuncah kian menderu, jiwa sosial untuk menjadi pendidik tergerak kembali. Yup aku mulai mengikuti kelas menulis salah satunya ya ODOP ini. Meski tulisanku tidak sebaik mereka, aku mulai tak memikirkan hal itu. Aku hanya ingin berkarya dan menebar manfaat melalui tulisan. Setelah mengikuti beberapa kematerian di ODOP yang didalamnya ada materi tentang fiksi dan nonfiksi, aku mulai melihat tulisan-tulisanku, ternyata aku banyak menulis terkait genre non-fiksi. Lebih real dan nyata menurutku. Tulisanku selalu didukung oleh fakta lebih kuat dan nyata adanya bahkan tak jarang aku memasukkan beberapa potongan ayat Al-Qur’an dalam tulisanku. Aku tidak perlu berandai-andai dan menghayal dalam menulis. Tapi, setelah mendapat materi fiksi akupun tertarik. Aku sering curhat, bahkan blog-ku adalah media curhatku saat ini. Di blog, rasa-rasanya aku menulis banyak fiksi. Ah entahlah aku masih bingung membedakan fiksi dan nonfiksi, meski perbedaannya jelas tapi bagiku tetap saja terkadang masih sulit membedakannya. BTW, curhat masuk fiksi kan ya? Yang baca ini tolong balas ya. Hehehe

Dan,, cita-citaku kini ingin berkarya dalam dunia non-fiksi berharap memiliki buku juga dari genre ini. Aamiin,,,, tapi-tapi kalau ada kesempatan buat karya fiksi juga aku mau. Heeee



Salam,,

Fie_07

11 komentar

Terima kasih sudah membaca postingan ini semoga bermanfaat :)