3. MENGENALI FITRAH DIRI
Masih tentang fitrah,sebelumnya sudah dikatakan bahwa arti fitrah pada umumnya itu suci, tetapi kata fitrah (fitrotun) dalam kamus bahasa arab memiliki arti sifat bawaan (yang ada sejak lahir) atau bisa juga dikatakan keadaan asal. Kita ambil satu contoh. Ibarat sebuah komputer pasti akan memiliki setingan awal (default) atau bawaan dari pabrik. Dan untuk memudahkan manusia dalam menjalankan perangkat tersebut perakit akan didampingi buku panduannya. Lalu, bagaimanakah fitrah kita?Fitrah sebagai manusia atau sebagai ciptaan.
Kali ini, kita mencoba melihat dan menilik surat cinta-Nyadalam Al-Qur’ansurat Al ‘Araf(7):172 yang artinya “…."Bukankah
Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami
menjadi saksi"…..”. Ayat tersebut menegaskan bahwa fitrah manusia itu adalah mengakui
bahwa adanya Tuhan yaitu Allah. Dalam ayat tersebut juga menggambrakan sebuah
percakapan kesaksian diri bahwa Allah adalah Tuhan mereka dan mereka memiliki
sebuah konsekuensi ketundukan dan ketaatan hanya kepada-Nya. Kemudian Allah
menerangkan dalam surat cinta-Nya yang lain “tidaklah Aku ciptakan
jin dan manusia kecuali hanya beribadah kepada-Ku” (Q.S Adz-Dzariat : 56).Begitu
jelas tertulis bahwa tujuan adanya kita di muka bumi ini adalah untuk
beribadah. Jika kita membuka surat-surat cintaNya yang lain, setidaknya fitrah
atau default kita sebagai manusia sebagaimana ada tiga yaitu:
- Fitrah manusia
adalah hamba (ciptaan, makhluk, produk) dari sang
pencipta yaitu Allah (Tuhan).
- Fitrah kita yang
kedua adalah khalifah (pemimpin)
- Fitrah kita yang
ketiga adalah mengemban amanah (menyampaikan pesan)
Mari kita bahas satu persatu
tentang fitrah (default) kita.
FITRAH SEBAGAI HAMBA
Kata hamba
diambil dari bahasa arab 'abdun. Jika merujuk pada ayat
Adz-dzariat:56tadi kata 'abdun adalah masdhar dari kata 'ibadah.
'Ibadah adalah pekerjaannya dan 'abdun atau abid
adalah yang melakukannya. Fitrah sebagai hamba adalah yang paling melekat
dalam diri manusia.Lihat saja dalam kehidupan keseharian kita. Seseorang akan
patuh dan nurut terhadap sesuatu, bukankah karakter hamba seperti itu? Karakter
sebagai seorang hamba yaitu dekat dengan karakter seorang budak. Karakter dari
seorang budak yaitu selalu tunduk, patuh terhadap aturan tuannya/majikannya
apapun yang tuannya perintah, dia dengan berat hati maupun ringan pasti
akantetap menajalankannya. Begitu bukan?. Kita adalah hamba, namun disini
kita bukan hamba yang disebutkan
tadi, melainkan sebagai hamba sang
Khaliq yaitu Allah SWT. Sebagaimana sudah digambarkan tadi bahwa
sikap seorang hamba hanya mengabdi kepada tuannya dan hanya tunduk patuh kepada
tuannya, begitulah juga seharusnya ketika kita tau bahwa diri ini adalah
hambanya Allah maka kita juga hanya tunduk dan patuh hanya kepadaNya. Anehnya
kita, ketika tahu bahwa kita adalah seorang hamba tapi
kita malah sombong dan acuh tak acuh terhadap tuannya (Allah). Padahal ketika
kita menjadi hambanya manusia kita begitu taat,tunduk dan patuh apapun yang
dikatakan oleh tuan (manusia) itu. Tuan kita Allah sangat baik, sangat pemurah
dan penyayang, ketika kita berbuat salah terhadap-Nya kitapun masih tetap disayang olehnya, kita masih tetap diberi rizki,
nikmat, dan hidup untuk mempebaiki diri. Surat cintaNya lagi "Dan apabila hamba-hamba-Ku
bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat.
Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka
hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman
kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran (Q.S Al-Baqarah:186).
Ini salah satu ayat dari ribuan ayat yang tercantum dalam Al-Qur’an yang
menjelaskan bagaimana Allah memperlakukan hambaNya.
FITRAH SEBAGAI KHALIFAH DAN
MENGEMBAN AMANAH
Khalifah berasal dari bahasa arab
yang memiliki akar kata dari 3 huruf hijaiyah yaitu خ,ل,فkemudian kita sambungkan ketiga huruf itu menjadi (خلف =khalafa) artinya adalah mengganti. Al-khalifatu
(khalifah) artinya adalah umat pengganti. Belakangan ini kita sering
mengartikan bahwa khalifah adalah pemimpin, kita bisa mengatakan khalifah
adalah pemimpin dari sebuah sejarah rasul, yang pada saat rasul telah wafat
maka selanjutnya kepemimpinan tertinggi dipegang oleh para khulafaurasyidin (khalifah
Abu Bakar Ash-sidiq, khalifah Umar ibn Khaththab, khalifah Utsman bin Affan,
dan Khalifah Ali bin Abi Thalib). Dari sinilah kita mula-mula mengetahui kata khalifah, karena
mereka semua adalah para pemimpin umat pada saat itu. Dalam kalamNya Allah juga
berfirman yang artinya “Dialah yang menjadikan kamu
khalifah-khalifah di muka bumi…….(Q.S Faatir:39)”. Inilah
fitrah yang Allah berikan kepada manusia selanjutnya, dari ayat tersebut sudah dapat
menggambarkan bahwa manusia akan menjadi pemimpin di muka bumi,
tentu yang namanya pemimpin tidak pernah lepas dari yang namanya amanah (fitrah
yang ketiga). Kita manusia diberikan suatu amanah dengan label yang ada dalam
diri sebagai khalifah yaitu untuk menjaga dan memakmurkan bumi. Eitssss
tunggu dulu, dalam hal ini sebelumnya ada sebuah peristiwa percakapan antara
malaikat dengan Allah, malaikat mungkin sedikit tidak setuju ketika Allah akan
menjadikan manusia sebagai khalifah. Percakapan itu terangkum dalam kalamNya” Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi
itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal
kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?"
Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui.(Q.S Al-Baqarah:30). Dalam ayat tersebut malaikat seolah-olah protes dan heran kenapa Allah mau
menjadikan khalifah di bumi, tapi Allah cukup hanya menjawab “Aku
mengetahui apa yang tidak kamu ketahui” ya, Allah maha tau dari segalanya,
apapun yang ada di muka bumi dan semua yang diciptakannya Dialah yang maha
lebih tau.
Terkait fitrah kita yang lain
yaitu amanah, amanah juga berasal dari bahasa arab yang memiliki akar kata yang
sama dengan iman. Arti dari amanah itu sendiri adalah mempercayai, karena
kita adalah sebaik-baik makhluk yang Dia ciptakan maka amanah itu (memakmurkan bumi) melekat kepada kita (manusia). Amanah disini disandingkan dengan fitrah
kita yang lain yaitu khalifah. Sebagai seorang khalifah di muka bumi maka
tidak mungkin tidak memiliki amanah.Bayangkan saja bagaimana jika seorang
pemimpin dalam sebuah perusahaan tidak memiliki amanah, apakah dia bisa
menjalankan peusahaan tersebut dengan baik? Tentu tidak karena diapun bingung akan
melakukan apa untuk kantor tersebut. Nah begitupun seorang khalifahnya Allah
yang diberikan amanah untuk memakmurkan bumi. Allah mempercayai kita untuk
menjaga bumi bukan tanpa sebab, ketika berbicara sebab pasti akanada
akibatnya itu adalah hal yang sudah satu paket di muka bumi ini. Apa
sebabnya kita menjadi khalifah di bumi? Tentu karena kita manusia yang
mengiyakan ketika Allah menawarkan kekuasaan kepada makhluk ciptaanNya yang
lain. “Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi
dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka
khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia………,(Q.Sal-Ahzab(33):72)”
Amanah untuk
memakmurkan bumi sudah pernah Allah tawarkan kepada langit, gunung-gunung,
namun semuanya enggan. Semuanya tak sanggup. Dan hanya manusia yang sanggup
untuk menjalankan amanah tersebut.
3 komentar
Manusia itu khalifah.. tpi tpi khalifah yg bagaimana ?
ReplyDeleteKhalifah dengan tugas seperti apa ?
Tanggung jwab yg bagaimana ?
Hanya bisa dikenali.. jika sdh kenal dengan diri sendiri..
Rahayu 🙏
Iya Rahayu
Deletejika manusia sudah memahami fitrahnya, maka meminta petunjuk pada Yang Mahakuasa wajib hukumnya, agar tetap berada di jalan yang sesuai kehendakNya
ReplyDeleteTerima kasih sudah membaca postingan ini semoga bermanfaat :)