Menikmati Proses

Seekor kupu-kupu yang indah, tidak akan bisa menjadi indah sebelum dia melewati beberapa fase. Menjadi telur kemudian menjadi ulat yang bisa bergerak lalu menjadi kepompong yang membuatnya berhenti bergerak, barulah setelah itu dia menjadi kupu-kupu yang bisa terbang kesana-kemari sesuka hati.
Begitu juga kita, manusia. Tidak ada yang ujug-ujug. Semuanya melalui proses. Apalagi jika berbicara kesuksesan. Sekalipun dia keturunan ningrat, tapi tetap saja dia tidak disebut orang sukses ketika dia masih bayi. Semuanya melalui proses
Pilihannya sekarang adalah, kita mau tidak mengikuti proses itu, atau kita mau tidak menjadikan proses itu sebagai nikmat. Sehingga tak ada kekuhan-keluhan yang muncul dalam diri. Saat ini, dalam dunia kepenulisan J.K Rowling sedang naik daun (atau mungkin emang akunya uang kudet 'kurang update'). J.K Rowling siapa yang tidak tau? Penulis sukses yang bukunya dibuatkan film dengan jutaan ribu penonton. Kabarnya J.K Rowling tadinya ingin bunuh diri dengan masalah yang dihadapinya. Tapi dia lebih memilih untuk melanjutkan hidup daripada mengakhiri dengan kepahitan. Dan akhirnya setelah sekian lama dia terpuruk, kini dia menjadi orang yang sukses terkenal. Kembali lagi diingatkan, semuanya pilihan!.
Coba sedikit kita telaah, apakah seekor kupu-kupu mengeluh ketika dirinya harus berubah-rubah? Setidaknya dia harus melalui tiga fase untuk menjadi indah. Kupu-kupu tak pernah mengeluh 'duh, kok berubah ulat sih, padahal kan asik. Lalu lagi asik-asiknya malah berubah lagi jadi kepompong' pernah dengar kupu-kupu bilang begitu? Nggak kan?. Cuma manusia yang bisa mengeluarkan kata-kata demikian. Pernahkah kita merasa sedang berada di fase yang sangat nyaman, tapi dengan seketika harus berubah menjadi amburadul. Aku pribadi pernah mengalami hal itu. Ketika aku sudah mulai paham dengan ilmu baru dan merasa sudah menguasainya. Ternyata di semester selanjutnya aku harus berpindah lagi mempelajari ilmu baru kembali. 
Aku pernah baca dan menekukan ayat tentang manusia itu memang sifatnya mengeluh berbeda dengan makhluk yang lain. Dalam surat Al-Ma'arij (70) ayat 19 dan 20 yang artinya "sungguh, manusia diciptakan suka mengeluh. Apabila dia ditimpa kesusahan dia berkeluh kesah".
Coba kita belajar dari kupu-kupu, yang selalu ta'at dan patuh terhadap fase yang harus dilalui. Pernahkah  kita Mencoba merasakan angin yang sepoi masuk kedalam tubuh dan mengalir bersama aliran darah. Berapa banyak ayat yang menjelaskan tentang sebuah kesabaran dan bersyukur. 
Menikmati sebuah proses itu memang tidak mudah. Tapi terasa nikmat jika sudah sadar telah melaluinya. Aku saat ini sangat mensyukuri jalanku yang ada saat ini. Ternyata, menjadi putri salju tidak selalu buruk. Justru tau ilmu yang lebih luas. Semenjak kuliah di jurusan teknik sipil, aku menjadi lebih perhatian terhadap gedung-gedung yang suda berdiri kokoh. 
Jika tiba saatnya pulang kampung, perjalanan menjadi lebih seru dan ternyata selalu ada ilmu di manapun kita berada. Bahkan perjalanan tidak terasa lama. Ilmu teori yang aku dapatkan di dalam kelas, bisa langsung aku praktikkan di sepanjang jalan. Bahkan ketika bertemu emang-emang yang sedang bekerjapun aku menjadi orang yang sangat kepo. Kenapa tidak sama dengan teori yang aku dapatkan.
Sungguh, kita baru benar-benar menyadari hikmah dari setiap episode jika kita telah melaluinya dan lulus. Hidup ini memang benar seperti kita sedang sekolah. Nama sekolahnya adalah sekolah kehidupan. Gurunya boleh siapapun, tapi masalah ujian seringkali datangnya mendadak. Setiap naik level dalam kelas kehidupan ini, akan semakin sulit juga ujian yang akan dihadapinya. Ingat, ujiannya mendadak! Jadi penting sekali untuk selalu belajar setiap hari. 

0 komentar

Terima kasih sudah membaca postingan ini semoga bermanfaat :)