Aku, Keluargaku dan Lingkungan Sekitarku

Senja itu mengajarkan arti dari sebuah kehidupan, akan adanya sesuatu yang datang dan pergi.

Dewasa ini, kita sedang dihadapkan oleh sebuah tantangan zaman yang orang sering menyebutnya generasi milenial menghadapi era 4.0. ada juga yang mengatakan ini adalah generasi hybryd. Sebuah generasi yang tidak bisa lepas dari yang namanya gadget. Aktivitas apapun bisa diakses hanya dalam satu genggaman, dari mulai bangun tidur hingga tertidur kembali dan bangun kembali. 
Menghadapi generasi ini, tentu sebuah keluarga akan menjadi sorotan paling utama. bagiamana sikap orang tua terhadap perkembangan anaknya dan bagaimana orang tua mengajarkan terhadap anak untuk dia dapat beradaptasi dengan lingkungan sekitar dan dunia pendidikannya. Sekali lagi ini bukan suatu hal yang mudah bagi orang tua yang memiliki peran sangat penting dalam dunia anak, dalam perkembangan zaman, dalam mendidik dan mengayomi agar dapat menciptakan sebuah generasi milenial yang unggul dan terdepan. orang tua adalah bandul utamanya.

Seringkali kita dihadapkan oleh tingkah laku seorang anak bahkan ketika masih usia balita yang sudah bisa menggunakan gadget walaupun mereka tak mengerti apa yang mereka akses dan mereka buka. Sebagaimana dijelaskan dalam salah satu situs yang menjelaskan pembagian masa usia anak, dimana usia balita adalah anak yang masih berada rentang usia dibawah 5 tahun https://www.infodokterku.com/index.php/en/96-daftar-isi-content/info-kesehatan/helath-programs/263-batasan-usia-anak-dan-pembagian-kelompok-umur-anak.

Bahkan, fenomena balita bisa mengoprasikan gadget ini bisa saya lihat dalam kehidupan sehari-hari didalam rumah saya sendiri. Saya memiliki 8 orang ponakan, yang usianya sangat variatif dan usia tertinggi jajaran ponakan saya adalah 9 tahun.  Saya akan berkisah sedikit tentang fenomena yang saya lihat dan saya amati. Dari ke-8 ponakan ini mereka memiliki pola asuh yang berbeda-beda. namun mereka semua memilki kesamaan yaitu orang tua mereka tidak ada yang melepaskan anak-anak tersebut dari gadgetnya. Saya ambil salah satu contoh dari ponakanku yang pertama sebut saja dia 'aa', aa sekarang duduk dibangku kelas 4 SD dan berusia 9 tahun, aktivitasnya saat ini yang pasti adalah sekolah namun aktivitasnya yang lain tidak bisa lepas dari yang namanya gadget/hp. Bahkan, bisa saya katakan dia sudah kecanduan terhadap gadget tersebut. Apa yang dilakukannya dengan gadgetnya tersebut? main game! apa yang dia mainkan? mobile legend. Siapa yang tidak kenal dengan permainan ini yang sering mereka singkat dengan ML. setiap hari dia tidak pernah absen untuk memainkan game tersebut. Jika kuota habis, apa yang akan aa lakukan? dia akan mengamuk, merengek bahkan membentak orang tuanya dengan nada tinggi!. Miris bukan? siapa yang salah? balik lagi orang tua!!!.

Ayah, Bunda,, pernahkan kalian membaca postingan-postingan di medsos kalian bahwa memberi gadget kepada anak adalah sama dengan memberikan dia kokain? (dari sebuah laman yang pernah saya baca).

Anak adalah kertas putih, orang tuanya lah yang akan mengukir diatasnya. Ayah, Bunda,, sikap anak itu tergantung dari apa yang kalian tanam itulah yang akan kalian tuai. Ketika anak kalian sangat lihai dalam mengoprasikan sebuah gadget kalian jangan tertinggal, jangan kolot! jangan samakan masa mereka sama dengan apa yang pernah kalian alami. mungkin didikan terdahulu bisa diterpkan, namun harus dimodifikasi, tidak bisa sama persis. Tentunya, lingkungan juga salah satu faktor terbesar alam perkembangan anak, percuma jika ayah, bunda sudah menanamkan nilai-nilai yang baik namun berada dalam lingkungan yang buruk. begitupun sebaliknya.

Adanya harmonisasi antara lingkungan dan keluarga sangat perlu, bahkan bila perlu aparatur disekitar juga harus ikut membantu. Terlebih mereka yang tinggal di pedesaan dan perkampungan. Saya rasa sangat perlu adanya harmonisasi itu, jangan biarkan desa selalu tertinggal dan begitu-begitu saja. mereka yang dari desa pergi ke kota untuk mencari ilmu janganlah kalian diamkan desamu dan tidak menerapkan ilmu yang kamu dapatkan dari kota. Saatnya aparatur ikut bergerak, memberikan penyuluhan untuk orang tua- orang tua desa agar mereka melek teknologi, jangan biarkan orang tua ditipu oleh anak-anaknya. Gadget akan sangat menguntungkan jika orang tua dan lingkungannya cerdas dalam menggunakan gadget tersebut. Salah satu contohnya adalah bentuk dari literasi digital, alihkan dunia game anak ke hal-hal yang berfaedah dan berguna bagi mereka. Saatnya kita semua bergotong royong membangun sebuah negeri yang akan mencetak generasi-generasi unggul. Sebuah negara itu terdiri dari beberapa provinsi, kota/kab dan ratusan desa. Bagimana sebuah negara akan maju jika dalam lini terkecil (red. Desa) saja mereka tertinggal. Mari bangun harmonisasi itu, untuk Indonesia lebih maju dan lebih berkarya.

Salam Literasi..
#SahabatKeluarga
#LiterasiKeluarga

5 komentar

  1. Replies
    1. Makasih kaka... Baca yg lainnya juga ya hihi

      Delete
  2. Kalau boleh saran, mungkin fontnya bisa diganti default; sans serif atau arial biar enak dan nyaman dibaca mbak :)

    Keep writing!

    ReplyDelete

Terima kasih sudah membaca postingan ini semoga bermanfaat :)