Cahaya itu awalnya terang benderang
Membuat silau
Hingga aku tak mampu membuka mata
Tiba-tiba, awan hitam datang bergerombol
Menyergap semua cahaya yang ada
Terutama dalam ruang itu
Gelap!
Meski mata terbuka lebar
Tetap saja tak ada yang nampak.
Ruang itu bernama hati
Lalu bayangan hitam menyelinap bersama cahaya yang datang
Seketika cahaya hilang
Bayangan gelap itu mengikuti
Ruang itu menjadi hampa
Ruang itu menjadi kosong
Dan cahaya itu, entah kapan akan hadir kembali.
Cirebon, 22-10-2019
Kali ini,,,
Rasa itu semakin kuat
Semakin tak terarah
Semakin tak menentu
Dan kali ini aku tak kuasa menahannya.
Kewarasanku selalu bertentangan dengan rasaku.
Jika rasa berkata iya, waras tidak! Begitu sebaliknya.
Ilmu dan iman, harus menjembatani keduanya
Menyamakan visi dan misi antar keduanya
Tak peduli betapa sakit rasa itu
Tak peduli betapa semakin tak warasnya fikiran itu
Selama iman masih terpatri
Dan ilmu menguatkan
Keduanya akan baik-baik saja
Cirebon, 23-10-2019
Ayah,,, kamu adalah cinta pertamaku
Kamu panutanku
Bahkan kamu adalah standar untuk mereka
Mereka yang mengaku cinta
Mereka yang mengaku sayang
Mereka yang katanya rela berkorban
Tapi, bagiku...
Mereka tetap mereka
Yang tidak pernah bisa menjadi matahari hidupku
Meski matahari itu sudah tak nampak
Namun tetap bersinar dalam kehidupanku
Tak akan ada yang bisa menggantikanmu
Dan diantara mereka
Semoga ada satu Sinar
Yang menyerupai sinarmu
Dan memberikan kehangatan dalam hidupku.
Cirebon, 21 Oktober 2019
Masih tentang dia
Masih tentang rasa
Masih tentang sebuah misteri
Setan tak hentinya berbisik
Merasuk menguasai hati
Menelisik bahkan mengobrak abrik rasa
Rabby,,,
Aku berlindung pada-Mu
Dari rasa yang bukan seharusnya
Dari delusi yang tak pasti
Rabby,,,
Ku yakin atas ketetapan-Mu
Ku yakin atas janji-Mu
Rabby,,,
Semoga misteri ini segera berakhir
Dan itu yang terbaik.
Cirebon, 21 Oktober 2019
Kala itu, aku masih menjadi seorang mahasiswa tingkat akhir.
Aku tinggal di Padalarang bersama kakak lelakiku dan istrinya. Bukan hal yang
tabu jika Bandung merupakan kota yang macet. Tapi, banyak wisata menarik juga
yang disuguhkan Kota ini. Karena kemacetan itulah jarak tempuh yang seharusnya
hanya satu jam perjalanan bengkak menjadi satu jam setengah atau hampir dua
jam.
Jarak tempuh antara Padalarang-Bandung tepatnya kampus UPI
kurang lebih 21,8 km dengan waktu tempuh normal kurang lebih 1 jam. Jalan raya
yang umum dilalui antara Padalarang ke UPI yaitu melalui jalan Cimahi – Pasteur
– Sarijadi – Geger Kalong – UPI. Titik-titik kemacetan di rute ini adalah di
Cimahi dan Pasteur apalagi di jam 6.30-7.30 WIB tepat anak sekolah dan pekerja
berangkat. Jadi jika ingin menghindari macet di titik ini jangan melaluinya di
jam tersebut.
Untuk menuju kampus UPI yang terletak di Jl. Setiabudi ada
akses lain yaitu melalui Jl. Sersan Bajuri – Kolonel Masturi – Ngamprah ( ini
lokasi rumah ku). Jalan ini sepi, jauh dari hiruk pikuk asap kendaraan. Bahkan, kita akan
disuguhkan pemandangan-pemandangan yang menyejukkan.
Dari Jl. Sersan Bajuri suguhan pertama yang akan diberikan
adalah wisata Kampung Gajah yang terkenal, namun beberapa bulan yang lalu
ketika aku melewatinya wisata ini seperti vakum, tidak terawat. Begini penampakannya
:
Sumber: doc
pribadi (wisata Kampung Gajah Maret 2019)
Setelah melewati wisata Kampung Gajah, kita disuguhi
tanaman-tanaman hias yang dijual di pinggir jalan
Sumber: doc pribadi (penjual tanaman di pinggir jalan, Maret 2019)
Sumber: doc pribadi (Wisata Curug Cimahi, Maret 2019)
Sumber: doc pribadi (pemandangan alam sepanjang jalan, Maret 2019)
Sumber: doc pribadi (pemandangan alam sepanjang jalan, Maret 2019)
Jalan ini begitu banyak menyisakan kenangan bagiku. Setelah penat seharian di kampus, fikiran kembali tenang dan dan fresh dengan suguhan alam ini. Fabi ayyi alaa irabbikuma tukadziban...
Pagi itu aku membuka mata,
Terbangun dari mimpi!
Keringat bercucuran membasahi tubuh.
Ku basuh mukaku segera, melepaskan imaji yang masih tak pasti.
Bayangan hitam itu memunculkan tanya,
Siapa?
Kenapa begitu samar?
Semakin hari bayangan itu berubah-rubah,
Hari ini aku mengenalinya, esok tidak.
Ku panjatkan do'a pada-Nya,
Tetapkan pada satu sosok saja seorang ksatria
Dan ku harap, itu kamu.
Cirebon, 18 Oktober 2019
Aku tak mengerti rasaku,
Sebentar sedih, sebentar bahagia.
Bahkan terkadang merasa sesak
Cinta?
Mungkinkah itu yang ku rasa?
Tapi kepada siapa?
Rasa ini begitu membingungkan.
Ku coba untuk memperbaiki rasa yang tak menentu ini
Lagi dan lagi.
Ku angkat kedua tanganku, dan ku rapatkan keduanya
Yaa muqallibal qulub tsabbit qalby 'ala diin...
Ku titipkan rasa ini kepada empu-Nya.
Ku serahkan rasa ini seutuhnya
Agar rasa ini selalu terarahkan sesuai kehendak-Nya
Cirebon, 17-10-2019