1998, Indonesia pernah mengalami era reformasi. Seluruh mahasiswa turun ke jalan mendatangi istana presiden untuk menyuarakan hak-hak rakyat yang seharusnya dan sesunggunya. Aku tidak begitu mengetahui kejadian realnya, usiaku masih terlalu belia untuk mengetahui hal-hal demikian. Namun dengan kecanggihan yang ada di era sekarang semua mudah di akses hanya dengan sentuhan layar kaca.
Beberapa waktu silam, rasa ingin tahu-ku tentang sejarah yang pernah terjadi di Indonesia timbul begitu menggebu setelah mendapatkan stimulus dari kawan-ku tentang Indonesia tempo doeloe. Segera aku mengetikkan di laman internet “Indonesia Era Reformasi”, muncullah beberapa artikel, pengertian, dan video yang ternyata itu adalah sebuah film dengan judul dibalik 1998. Aku segera mendownload film tersebut untuk aku tonton ke-esokan harinya. Film berdurasi 1 jam 25 menit ini menampilkan sebuah kisah di zaman tahun 1998, para mahasiswa seluruh Indonesia turun ke jalan, dan di Jakarta diwakili oleh mahasiswa trisakti dan beberapa kampus lain, berdemo di depan istana presiden mengharapkan presiden turun dari jabatannya karena sudah dianggap tidak bisa lagi memimpin dan menjalankan amanat rakyat, disisi lain kerusuhan terjadi di mana-mana, mahasiswa kala itu begitu arogan membakar ban, merusak pagar serta berorasi tiada henti. Film ini di bubuhi kisah dramatik sebuah keluarga, pemimpin orasi adalah seorang mahasiswa yang kakaknya adalah aparat negara (tentara tepatnya). Sang orator teriak-teriak didepan sang kaka yang bertugas untuk mengamankan istana kepresidenan, terlihat betapa bencinya sang orator melihat kakanya yang terus-terusan membela petinggi negara yang jelas salah. Padahal dalam benak sang kaka, justru dia sangat khawtir dengan adikknya ini. Dia harus mengesampingkan rasa sayang kepada adik demi pengabdiannya kepada negara.
Meninggalkan film itu, tepat pada tanggal 24 september. Aksi mahasiswa kembali turun ke jalan. Dari sabang sampai merauke, mahasiswa berdemo di depan gedung DPD. Dan di Jakarta mereka demo di depan gedung DPR RI.
Kejadian ini seolah membuka kembali memori tahun 1998, di tempat yang sama namun pelakunya berbeda. Inilah sejarah, unik. Terus berulang namun waktu, tempat, dan pelaku berbeda. Jika dulu mahasiswa menuntut hak dan menurunkan presiden. Kali ini mahasiswa menuntut haknya karena beberapa pasal yang kontroversial serta pengesahan undang-undang KPK yang justru melemahkan.
Sejatinya, aku sendiri bingung dengan negeri ini. Sebenarnya ini mau dimana kemana arahnya? yang aku rasakan, aku masih bisa tetap hidup tanpa pejabat-pejabat itu. Aku masih bisa merasakan kedamaian tanpa mereka. Bahkan aku merasa, antara aku dan mereka tak ada hubungan apapun. Melihat kondisi seperti ini miris sebenarnya. Namun, apalah dayaku yang hanya rakyat biasa. Yang masih belum paham dengan semua apa yang terjadi. Terkadang, hati ini ikut berteriak. Mau manusia ini apa sebenarnya??? Berita di tv seolah drama sinetron yang sering aku tonton. Kabar yang aku terima hanya seputar kecelakaan, pemerkosaan, pembunuhan, penangkapan sabu dan narkotika, dan politik. Semua itu seolah tak ada habisnya. Lagi dan lagi...
Dalam keresahan hati
Cirebon, 15 Oktober 2019
8:51 WIB