Dilema Part 2 'Menanti Jodoh'
|
Seringkali bukan, dapat pertanyaan udah punya calon? kapan tunangan? kapan nikah??? -Tentu pertanyaan ini akan dialami pada mereka-mereka yang sudah lulus dari sekolahnya (sepertinya)-
Coba bayangkan jika pertanyaan itu berubah menjadi, Sudah cukup bekal? kapan siap? kapan meninggal??? (jleb!!!)
Pertanyaan-pertanyaan diatas itu adalah pertanyaan yang sangat sulit dijawab bukan? bahkan lebih sulit dari soal olimpiade matematika atau fisika hehehe...
Pertanyaan-pertanyaan diatas itu adalah pertanyaan yang sangat sulit dijawab bukan? bahkan lebih sulit dari soal olimpiade matematika atau fisika hehehe...
Itulah sebuah dilema yang dirasakan kebanyakan orang disaat usianya sudah menginjak angka kepala 2, Namun....
Kini,, penantianku terhadap jodoh sama halnya seperti menanti ajal.
Berawal dari sebuah postingan seseorang yang aku baca beberapa bulan yang lalu
tentang ajal dan jodoh yang ditulis olehnya berupa sebuah percakapan seperti dua
orang yang sedang berbincang yang memiliki nama ajal dan jodoh. Inti dari percakapan itu adalah ajal yang iri
terhadap jodoh. Betapa tidak, semua orang ketika ingin menikah, persiapan yang dibuat sungguh sangat matang bahkan ada yang merencanakan
beberapa tahun sebelum hari itu tiba. Mau pakai make up yang seperti apa? Harga
berapa? Gedungnya dimana? Nanti desain undangannya seperti apa? Dan masih
banyak lagi persiapan-persiapan yang lainnya yang mungkin menyita waktu,
pikiran, tenaga, bahkan dompet :D. sedangkan untuk ajal???? Apa yang mereka
persiapkan?. Padahal dalam kalamNya (Al-Qur’an) saja dikatakan “kulllu nafsin
dzaiqotul maut” (semua yang hidup akan merasakan mati) tidak ada ayat
yang menjelaskan bahwa setiap yang bernyawa pasti akan menikah.
Jodoh bagiku ada 2 hal, yang pertama adalah Kematian dan yang kedua
adalah aku bertemu dengan seorang laki-laki yang mengajakku untuk mengutuhkan
setengah din ku (singkat saja Menikah). Keduanya adalah hal yang ghaib bagiku,
keduanya sama-sama membutuhkan persiapan karena mau gak mau, siap gak siap,
jika Allah sudah mentakdirkannya aku tidak bisa menolak. Terkait keduanya, aku hanya ingin
mempersiapkan bekal yang benar-benar cukup dan semua bekal itu aku lakukan atas
dasar keimananku dan ketauhidanku kepadaNya, kulakukan semuanya dengan illah,
billah, fillah dan illallah.
Menikah bagiku sama halnya seperti amanah yang telah Allah titipkan
kepadaku, amanah itu akan diberikan kepada yang tidak pernah meminta. Layaknya
Abu Bakar yang ditunjuk sebagai pengganti Rasulluah Muhammad SAW ketika beliau
telah wafat. Tidak ada keinginan sama sekali baginya untuk menggantikan Rasul,
hanya saja Abu Bakar sadar itu adalah amanah yang telah Allah berikan kepadanya.
Jika Allah memberikan amanah kepadaku untuk menikah, maka insya Allah mau gak
mau, siap atau gak siap saya akan menerimanya. Sekarang, dalam penantianku aku
hanya ingin selalu menjalani hari-hariku dengan keta’atanku kepadaNya
menyiapkan bekal yang secukup-cukupnya untuk kedua penantianku (Ajal dan Jodoh), dalam
keta’atanku padaNya (insya Allah). Karena aku yakin, jika aku tidak menikah
didunia, maka insya Allah, Allah akan menikahkanku kelak di surgaNya dengan wildanummukhalladun.
Aamiin.
denganNya aku hidup, karenaNya aku mati,….
Fie_07
5 komentar
masya Alloh ukhti.....barokallahu fiik...
ReplyDeletesemoga istiqomah ya
jadikan sabar dan sholat sebagai penolongmu
dan jadikan i'tishom bihablillah sebagai penguat tali jama'ahmu, karena keni'matan ukhuwwah islamiyyah ada didalamnya melebihi keni'matan menikah...
Sepakat
ReplyDeleteMakasih ka.. udh mampir... :D
DeleteYang satu balum pasti tpi sangat dipersiapkan kedatangannya.
ReplyDeleteYang satu lagi pasti kedatangannya tpi tidak dipersiapkan.
Hhe
Nah ituuu harusny Dua2 nya
DeleteTerima kasih sudah membaca postingan ini semoga bermanfaat :)