Tasyakur bin Ni’mah Gojek CIAYUMAJAKUNING


Gojek, siapa yang tidak mengetahui aplikasi ini? Jutaan masyarakat Indonesia pasti mengetahui dan jutaan masyarakat Indonesia juga menggunakan aplikasi ini.

Sebuah aplikasi kemanusiaan (menurutku) yang tentunya membuat kemudahan untuk masyarakat. Meski pada awal kemunculannya tidak semua menerima dengan baik terkhusus mereka yang berprofesi sebagai supir angkutan umum dan ojek pangkalan. Setelah beberapa drama terjadi akhirnya menghasilkan keputusan yang damai. Gojek bisa diterima oleh semua kalangan meski ada saja beberapa oknum yang usil membuat kericuhan.

Tentunya aplikasi ini dibuat dengan maksud memberi manfaat terhadap masyarakat. Aku pribadi merasakannya, ketika malam hari tiba dan aku harus kembali ke rumah dari tanah rantau sedangkan angkutan umum menuju desa sudah tidak beroprasi gojek menjadi penyelamat yang bisa mengantarku ke rumah dengan selamat. Beberapakali juga gojek menjadi penyelamat bagi perutku ketika malam tiba-tiba perut meronta untuk diisi.

27-02-2020, angka yang cantik bagiku. Pada tanggal tersebut tepatnya kamis malam tadi para driver gojek mengadakan tasyakur bi ni’mah yang diselenggarakan oleh gojek CIAYUMAJAKUNING (Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan) bertempat di Masjid At-Taqwa Cirebon. Haru beserta salut kepada mereka para driver CIAYUMAJAKUNING yang mau meluangkan waktunya untuk menambah ilmu dan mencharger keimanan aku biasanya menyebutnya dengan ngaji kuping, bukan hanya sekedar mengais rizki. Banting tulang siang dan malam mengejar poin supaya mendapat intensif.

Meski hujan mengguyur cukup deras, acara tetap berlangsung dengan khidmat dan lancar. Acara ini juga di hadiri para petinggi kota Cirebon. Mereka mengundang bapa walikota Cirebon Bapak Dr.H.Nashrudin Aziz namun sayangnya beliau berhalangan hadir dan diwakilkan oleh kepala dishub. Acara ini juga dihadiri oleh Bapak Letnan Kolonel Herry Indriyanto selaku Dandin 0614, beberapa waktu yang lalu juga dunia maya sempat dihebohkan dengan driver gojek yang viral karena jasa kemanusiaanya. Ustaz Muhammad Daden, S.Pd.I

Dalam acara semalam ustaz Daden menyampaikan tausiahnya kurang lebih selama 10 menit, kalimat beliau yang paling membuatku terkesan adalah beliau membuat singkatan dari nama GOJEK itu sendiri. Kurang lebih singkatannya seperti ini
G : Gigih dalam bekerja dan mencari nafkah
O : Optimis,
J : Jangan terprofokasi terhadap oknum yang mengajak ribut, atau bahkan terprofokasi untuk mengeluh
E : Esa, kembalikan segala sesuatu yang terjadi kepada Allah yang Esa
K : Keluarga. Anggap mitra adalah keluarga yang kita juga bertanggug jawab untuk menjaga dan mengantarnya sampai tujuan.

Sungguh tidak kusangka, singkatan GOJEK seindah dan sedalam itu. Mereka tak pernah melupakan Tuhan dalam aktifitasnya. Bangga karena aku menjadi mitra mereka. Bangga bisa hadir dan mendengar secara langsung sebuah acara yang dihadiri oleh seorang Buya Syakur.

OJOL (ojek online) yang selama ini mungkin dipandang sebelah mata oleh masyarakat sebagai profesi yang tidak begitu wah bahkan terkesan merendahkan. Tapi bagiku mereka adalah pahlawan yang dibutuhkan diwaktu yang tepat.

Seusai ustaz Daden menyampaikan tausiahnya. Tiba saat yang dinanti oleh para jamaah yang hadir. Sebuah tausiah yang disampaikan oleh Buya Syakur.


Islam dibangun atas dasar cinta. Kemudian beliau membahas satu ayat yang sudah tidak asing lagi dalam telinga. Q.S. Adz-Dzariat:56 . Beliau membahas sedikit tentang ditorsi makna dalam ayat tersebut. Penekanan maknanya adalah kata ibadah yang kemudian berubah menjadi menyembah. Jika makna berubah menjadi menyembah, apakah Tuhan kita butuh sesembahan? Lah wong Tuhan kita ini sudah sangat kaya, kita yang butuh bukan Tuhan kita.

Ibadah adalah menjalani sebuah kehidupan, lalu bagaimana dengan syariat atau manasik seperti salat dan puasa. Itu hanya sebuah ceremonial, dan kita selalu terjebak dengan masalah ceremonial tersebut.

Intinya kita harus bisa membedakan antara ibadah atau bukan. Apakah ibadah dibedakan dari sebuah pekerjaan yang kita miliki? Tentu bukan itu standar perbedaan ibadah. Untuk membedakan ibadah atau bukan itu sangat simpel “Siapa Majikanmu”. Selama majikanmu adalah Allah, Rabb semesta alam maka apapun aktifitas kehidupan yang dijalankan akan mengarah kepada sifat abdi (hamba).

Dalam tausiahnya juga beliau menyampaikan hakikat kebahagiaan. Bahwa yang namanya bahagia adalah apa yang ada di dalam genggaman, kemudian konsentrasi menikmati apapun yang ada dimiliki oleh kita. Seringkali kita ingin memiliki yang belum dimiliki tapi lupa dengan apa yang kita miliki.

Jadi sebesar apa kita menyadari, mensyukuri dan menikmati yang kita miliki.

Dari tausiah yang disampaikan Buya setidaknya dalam acara tasyakur bi ni’mat tersebut kita harus kembal sadar terhadap pribadi kita. Kembali menjadi seorang abdi (hamba) yang menyadari semua yang ada dalam diri itulah yang harus kita syukuri.

Jangan lupa bersyukur, dan jangan lupa bahagia


Cirebon, 28-02-2020





0 komentar

Terima kasih sudah membaca postingan ini semoga bermanfaat :)