Teruntuk Calon Imam…





Salah satu fase kehidupan yang dilalui salah satunya adalah menuju jenjang pernikahan. Namun, fase ini tidak harus semua orang melewatinya. Tidak ada satu ayatpun yang menjelaskan bahwa setiap insan akan melewati jenjang ini.

Well,, teruntuk kalian yang masih dikasih umur hidup sampai saat ini, mungkin sekitar usia 20-30an lah ya, bersyukurlah. Persiapkan dirimu, bukan hanya masalah untuk ke jenjang pernikahan saja, but lebih dari itu. Bukankah hidup dimuka bumi ini hanya sesaat?

Dan,,,

Teruntuk calon imam…

Sudah bukan rahasia umum lagi jika engkau selalu mempersiapkan untuk hari bahagiamu dengan calon ma’mummu kelak, kamu pasti akan mempersiapkan hal yang terbaik, mahar terbaik agar kelak calon ma’mummu berbahagia. Menjadi sepasang raja dan ratu semalam (katanya).

Dear,, calon imam,

Yang katanya sudah siap untuk mengarungi bahtera rumah tangga, dan kau akan menjadi kepala nahkodanya. Cek lagi kesiapanmu, jangan hanya karena nafsu atau dorongan dari teman atau sanak keluarga. Namun faktanya kamu masih belum benar-benar siap.

Yang kutau, salah satu persiapan yang kalian lakukan (calon imam) adalah menabung, agar bisa merayakan pesta pernikahan yang akan menjadikanmu dan calon ma’mummu raja dan ratu semalam (katanya).wahai calon imam, kalian rela tidak berfoya-foya hanya untuk sebuah pesta seharian, kalian rela banting tulang bahkan sering kerja lembur demi mewujudkan pesta semalam waktu istirahatmu semua kau habiskan untuk mendapatkan fee yang lebih dari biasanya.

Duhai,, calon imam, pengorbananmu sungguh teramat besar dan mengharukan….

Namun,,, pantaskah kamu melakukan itu semua?

Ketika kamu lebih memilih untuk terus-terusan banting tulang, apakah itu dalam rangka beribadah? Apakah sholatmu tidak kamu lalaikan? Apakah puasamu juga tidak kamu lalaikan? Apakah sedekahmu juga tidak kamu lalaikan?

Jika semua kewajibanmu sebagai seorang muslim tetap tertunaikan, Alhamdulillah…

Namun jika tidak,????

Apa yang akan kamu lakukan kelak sebagai seorang kepala nahkoda? mau dibawa kemana bahteramu?



Duhai calon imam,,, menabung boleh,, bahkan sangat dianjurkan. Namun jangan sampai menabung itu malah membuatmu menjadi seorang yang pelit/bahil. Beda tipis antara hemat dan pelit, beda tipis antara ibadah dan maksiat, beda tipis amal soleh dan amal salah. Karena, tidak sedikit dari kalian yang keliru dalam menempatkan suatu hal. Karena sedang menabung, jika ada seseorang yang datang menghampirimu untuk meminta sedekah kepadamu kamu ucapkan tidak ada, padahal… ditabunganmu tersimpan beberapa rupiah. Apakah kamu lupa akan kewajiban hartamu yang harus kamu keluarkan? atau mungkin kamu ingat, dan sudah kamu tunaikan kewajibanmu namun alakadarnya dan ketika ada yang membutuhkan lagi kamu tidak mau memberikannya, dengan alasan sudah. Padahal dengan menyisihkan sedikit hartamu tidak akan membuat tabunganmu habis terkuras. Mungkin kamu lupa dengan kalamnya "Ud'unii astajib lakum" atau "Lain syakartum laazidannakum" bukankah bukti kita bersyukur terkait harta dengan kita mengeluarkannya? Dan Allah berjanji akan menambahkan jika kita bersyukur. Bahkan Dia memberikan perumpamaan bagi setiap jiwa yang mengeluarkan hartanya terlebih dijalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji (Q.S. 2:261).

Lantas, bagaimana sholatmu? Masih sesuai jadwalkah atau mepet-mepet waktu bahkan sampai lupa? (naudzubillah).

Puasamu bagaimana? Lancar ketika ramadhan datang sebulan penuh? Atau bahkan dulu kamu sering sunnah puasa senin/kamis, atau puasa daud atau bahkan ayamul bidh. Masihkan kamu istiqomah ?

Duhai calon imam,,, jangan sampai demi melanjutkan ke jenjang pernikahan itu kamu malah menjadi manusia yang lalai, dan setauku syarat menikah itu tidak ada pesta bermegah-megah. Cukup ada ijab-qabul dan 2 orang saksi. Pesta itu hanya bagian dari adat dan gengsi,,, yup mungkin itu bukan sepenuhnya keinginanmu, namun itu adalah keinginan calon ma’mummu dan keluarganya. Namun begitu, seharusnya kamu bisa meluruskan pemahaman mereka. Bukankah ada sebuah hadist yang berbunyi “sebaik-baik perempuan adalah yang meringankan maharnya, dan sebaik-baik laki-laki adalah yang memberikan mahar terbaik bagi istrinya”. (keder yak,, same aje ini mah.. hahahaha). Lets see,, intinya kalian para calon imam harus bisa benar-benar menjadi kepala nahkoda dan pandai-pandailah mencari calon ma’mum di era milenial ini. 

Dear calon imam,….

Siap menikah bukan hanya kamu siap bersenang-senang dengan istrimu kelak. Namun, kamu juga harus siap menerima apapun yang ada dalam diri istrimu kelak, terutama segala kekurangnnya. Ingat.. kamu adalah orang yang mengambil alih hidupnya. Sebelum kamu datang, ada orang tuanya yang selalu menjaga dan mengarahkan dia, membimbing dia dari dia bayi hingga dewasa, dan kamu hanya orang baru dalam kehidupannya. Secara tidak langsung kamu juga mengambil alih posisi orang tuanya terutama dari ayah dan kaka laki-lakinya. Jangan buat dia menangis, jangan buat dia kecewa, arahkan.. bimbing dia menuju jannahNya.

Dear calon imam,, ingat.. kamu adalah kepala nahkoda…!!!!!

(ini aku tulis berasal dari sisi keilmuan yang saya pahami dan beberapa fakta yang pernah aku alami dan lewati. Bukan atas pengalaman pribadi, yaiyalah akukan calon ma’mum bukan calon imam hahhaha).





Bandung, 29-Maret-2019, 2:08 PM_WIB

Fie_07

2 komentar

Terima kasih sudah membaca postingan ini semoga bermanfaat :)